Thursday, May 30, 2013

F1 GP Monaco 2013


Seri keenam F1 tahun ini yang dihelat akhir pekan lalu di Circuit de Monaco, Monte Carlo memunculkan Nico Rosberg sebagai juara, diikuti Sebastian Vettel, Mark Webber, Lewis Hamilton, dan Adrian Sutil di posisi 5 besar. Nico Rosberg sebagai pemegang pole position berhasil mempertahankan posisinya hingga balapan berakhir di lap ke 78. Pole di Monaco adalah yang ketiga kalinya berturut-turut bagi Rosberg, setelah Bahrain dan Catalunya. Namun baru di Monaco Rosberg keluar sebagai juara, seri sebelumnya di Catalunya Rosberg hanya mampu finish di posisi keenam.

Balapan di sirkuit sepanjang 3.340 km dan 78 lap ini berlangsung penuh drama sekaligus sangat lama, safety car keluar 2 kali dan red flag dikibarkan sekali, membuat balapan ditunda 10 menit untuk kemudian restart. Safety car pertama keluar setelah mobil Felipe Massa menghantam dinding pembatas dengan keras, sempat menjalani pemeriksaan setelah race, untungnya kondisi Massa baik-baik saja. Akhir pekan kemarin memang tampaknya buruk untuk Massa mengingat saat free practice 3 Massa juga mengalami kecelakaan yang menyebabkan kerusakan parah di mobilnya. Massa bahkan tak mengikuti sesi kualifikasi karena tim mekanik Ferrari belum selesai memperbaiki kerusakan di mobilnya sehingga Massa terpaksa start dari posisi paling buncit (Massa juga terkena penalti 5 grid start karena mengganti girboks).

Menjelang lap 30 para pembalap berturut-turut masuk ke pit untuk mengganti ban. Setelah pitstop, Rosberg masih tetap berada di depan, diikuti Vettel dan Webber, sementara Hamilton turun ke posisi 4. Lap 46, red flag dikibarkan karena kecelakaan yang dialami Maldonado yang menyebabkan lintasan sulit dilewati. Race dihentikan sementara sampai sirkuit kembali normal. Kira-kira 10 menit kemudian, balapan dimulai lagi. Apakah drama sudah berakhir? Sayangnya belum, kembali terjadi kecelakaan yang melibatkan Grosjean dan Ricciardo, jadi safety car keluar lagi. Posisi balapan dari lap pertama sampai hampir berakhir relatif itu-itu aja, sirkuit jalanan Monaco ini super sempit, jadi overtaking agak mustahil disini. Tapi ada yang berhasil overtaking ding, Paul Di Resta sama Adrian Sutil dari Force India nyatanya bisa, Sutil malah mengovertake Alonso. Alonso tampaknya main terlalu aman, makanya sampe bisa dilewatin Sutil, sama Button. Sergio Perez sepanjang balapan ngebet amat pengen overtake mobil lain, tapi caranya nggak smooth sama sekali, hampir senggolan sama Button di awal balapan, terus di akhir-akhir mau nyalip Kimi malah senggolan kena ban belakang Kimi. Kimi terpaksa masuk pit, dari posisi 5 besar turun keluar 10 besar. Perez yang tadinya bisa lanjut balapan ternyata malah retire. Untung Kimi bisa finish ke 10, masih zona poin, itu aja doi yang udah ngomel-ngomel ke Perez. Pas diwawancara Kimi bilang, “somebody please slap him on the face”, HAHA, Kimi banget!

Vettel yang finish di posisi 2 dan Kimi finish di posisi 10 semakin memperlebar jarak mereka di klasemen pembalap.

Btw, udah ya? Bingung ah mau nulis apalagi. Yang jelas balapannya super lama dan membosankan, masa 2 jam 17 menit baru kelar?? Makanya postingan ini lama kelarnya, udah lama, isinya aneh lagi, hahaa.. *iya nggak nyambung, so i should stop, daah!*

Sunday, May 26, 2013

Dani Pedrosa atau Sebastian Vettel?

Dani Pedrosa.

(Bah, postingan macam apa ini??) :p

Saturday, May 25, 2013

Review: ABC Backpacker Hostel



Dalam blog The Naked Traveler, Trinity menyebutkan 22 syarat hostel ideal menurutnya. Sudah ratusan hostel ditinggali Trinity di berbagai negara dalam kurun waktu lebih dari dua dekade. Sementara aku, baru merasakan nginep di satu hostel saja pas di Singapore kemarin. Dua malam di Singapore, aku menginap di ABC Backpacker Hostel yang beralamat di Kubor Street, Singapore. Kalo mau buat perbandingan dengan hostel lain belum bisa ya, jadi marilah membandingkan dengan syarat hostel ideal menurut The Naked Traveler saja seperti yang tercantum disini. Ada 22 syarat, kita lihat ada berapa yang bisa dipenuhi oleh ABC Backpacker Hostel.

  1. “Lokasinya strategis – Dekat dengan terminal bus/kereta api/Metro sehingga jalan kakinya minimal. Lokasi di tengah kota, minimal dekat dengan alun-alun (Square). Dekat dengan supermarket dan tempat makan murah. Tidak berada di atas bukit sampe naiknya bikin semaput.” Ya, ABC Backpacker Hostel letaknya strategis banget, cuma 500 m dari MRT Bugis dan 10 m ke bus stop terdekat. Lokasi masih di tengah kota. Dekat dengan Bugis Junction (banyak pilihan tempat makan di sana) dan di dekat hostel juga banyak tempat makan, termasuk beberapa RM Padang yang insya Allah halal. Soal murah nggaknya pinter-pinter kita milih menu aja.
  2. “Aman – Daerahnya aman untuk berjalan kaki, meski sendirian di malam hari. Sistem keamanan hostel yang baik, dimana hanya tamu saja yang bisa masuk pintu utama. Kamar hostel memiliki kunci yang pintunya bisa dikunci. Memiliki signage keluar yang jelas dalam keadaan emergency, juga memiliki fire extinguisher.” Mumpung liburan, aku selalu pulang malam, memang nggak sendirian, berdua tapi aman-aman aja. Soal keamanan, siapa aja memang bisa masuk lewat pintu utama, tapi tiap kamar dilengkapi kunci buat masing-masing penghuninya. Signgage cukup jelas, meski aku nggak tau alat pemadam apinya ada dimana.
  3. “WiFi gratis, unlimited, dan kenceng sampai ke kamar”. Sipp kalo ini mah, internetan di hostel selalu lancar jaya!
  4. Hostel tidak terlalu besar – Maksimal jumlah bed cuma 20. Makin banyak orang, makin gengges”. Yaa, di Singapore yang lahannya sempit susah juga kalo bikin hostel yang terlalu besar :p
  5. Jumlah bed sedikit  dalam satu kamar – Maksimal 6 bed, paling baik 4 bed”. Cocok kalo ini, kamar tempat aku nginep cuma isi 4 bed, pas. Nggak kebanyakan orang.
  6. Tersedia female dorm”. Cocok juga lah! Kalo nggak ada female dormnya nggak mungkin kuambil, hahaa..
  7.  “Bukan party hostel – Kalau sebuah hostel mencap dirinya party hostel, artinya hostel itu ruame, isinya anak-anak muda berisik sampe nggak tau waktu, mabuk-mabukan karena hostel menjual alkohol atau memperbolehkan minum di hostel”. Untunglah ABC Backpacker adalah hostel yang tenang dan aman buat para muslimah.
  8. Harganya sesuai – Nggak usah murah banget, tapi paling tidak sesuai dengan fasilitas yang diberikan”. Untuk harga Singapore, ABC Backpacker Hostel ini tergolong murah, tarifnya $24 per orang per malamnya. Karena konsepnya dormitory, maka biaya dihitung per kepala. Untuk nginep memang aku masang budget maksimal 400rb untuk 2 malam, makanya milih hostel ini.
  9. Ada daily maid service – Mereka lah yang membersihkan hostel setiap hari, mengosek WC, men-supply tisu toilet”. Ada sih kayaknya, buktinya toilet bersih dan stok tisu toilet ada terus.
  10. Ada lampu baca dan colokan listrik di tiap bed”. Yak, checked! Dengan adanya colokan persis di samping bed, bisa twitteran sambil ngecharge hape.
  11. Punya locker – Per orang wajib disediakan 1 locker yang bisa dikunci. Minimal ukurannya bisa masuk 1 daypack berikut laptop, lebih bagus lagi bisa masuk ransel juga jadi ukuran locker-nya 90 liter”. Lokernya ada persis di bawah bed dan gede menurutku. Ranselku yang gendut masuk aja masih cukup lowong.
  12. Kualitas dan ukuran tempat tidur yang baik”. Bednya ukuran single, kasur cukup tebal, sedikit keras tapi masih acceptable lah. Sprei warna putih. Sayang aja nggak ada guling, kan jadi nggak ada yang bisa dipeluuk. Yang jelas sih tidurku nyenyak-nyenyak aja, berati kasurnya lumayan nyaman :p
  13. Tinggi bunk bed yang cukup – Minimal orang di bunk bed bawah masih bisa duduk tegak tanpa kejedut. Orang yang di bunk bed atas tidak terlalu tinggi manjatnya sampe bikin ndredeg. Penting untuk menyediakan tangga naik bunk bed dan semacam pagar di bunk bed atas supaya nggak keguling”. So far so good, meskipun aku milih bed yang bawah.
  14. Rasio bed dan kamar mandi yang baik – Menurut saya, yang paling baik rasionya 1:5. Setiap 1 kamar mandi/WC untuk 5 bed. Itupun cewek dan cowok kamar mandi/WC-nya harus terpisah”. Di hostel ini, wc sama kamar mandi dipisah, soal jumlah sih cukup banyak, sesuai lah sama jumlah kamar yang ada. Kebetulan di depan kamar ada kamar mandi yang sekalian wc, karena udah pewe disitu jadi kalo make kamar mandi pasti yang disitu. Tapi sih toilet cewek cowok kayaknya nggak dibedain.
  15. Kamar mandi yang luas, bersih, berfungsi baik”. Nggak ada keluhan berarti soal kamar mandi sih, cuma kudu ngantri aja di kamar mandi yang udah pewe.
  16. “Hot shower yang konstan 24 jam”. Kamar mandi yang kupake sih showernya nyala terus air angetnya.
  17. Termasuk sarapan”. Yap, setiap pagi kita disediakan sarapan, jangan bayangin kayak sarapan di hotel berbintang yang bikin kita bolak balik ambil menu ya. Sarapan di hostel cukup roti, selai, kalo mau dipanggang ada toaster, sama teh atau kopi paling. Alhamdulillah sih kalo aku, lumayan buat isi tenaga sebelum menjelajah kota.
  18. Memiliki dapur lengkap dan kondisi baik”. Dapur ada, tapi memang nggak didesain untuk kita bisa masak disitu, paling sedia alat-alat makan standar, microwave, toaster, sama air minum yang bisa kita ambil sepuasnya. Soal air minum itu membantu sekali, bayangin aja kalo tiap mau minum kudu beli, $1 per botolnya, waah bisa tekor. Karena aku sama sekali nggak berniat masak di dapur hostel ini, menurutku sih udah lengkap aja. Oya, kalo habis make peralatan makan syaratnya kudu dicuci sendiri ya..
  19. Kondisi bangunan dan desain yang baik”. Ketika memutuskan tinggal di hostel, i have no expectation, jadi mau gimanapun itu udah resiko dari pilihan kita. Tapi so far sih kondisi bangunan baik, dinding kamar nggak terlalu tipis sampe kita bisa denger banget suara-suara dari luar. Secara desain, biasa aja, kayak kos-kosan gitulah, hahaa..
  20. Resepsion yang ramah namun tegas, berbahasa Inggris, berpengetahuan”. Ramah iya, tegas iya, berbahasa Inggris iya, berpengetahuan iya, tapi ya itu kalo ngomong pake Singlish, cepet dan agak sulit dipahami. Jadi kalo nanya direction, agak lama gitu baru paham. Oya, tapi si mbak resepsionis ini membantu sekali pas proses booking, responsif sama email yang kita kirim.
Jadi, dari 22 kriteria yang ada, menurutku ABC Backpacker Hostel sudah memenuhi 20, bagus kan ya itu? Selama stay di sana aku juga nyaman-nyaman aja, berasa kayak di rumah sendiri atau kayak kos-kosan sendiri *padahal belom pernah ngekos*. Hostel pada prinsipnya itu kayak kamar asrama, dan karena dari awal aku sudah membayangkan kamar asrama, jadi ekspektasiku nggak ketinggian.

Female dorm yang kutempati
Kelemahan hostel ini adalah kamar yang sempit, tanpa ventilasi apalagi jendela yang menghadap keluar, dan toilet cewek cowok yang nggak dipisah. Soal kamar sempit sih masih bisa dimaklumi, mengingat ini Singapura yang lahannya memang sempit. Tapi tanpa ventilasinya ini yang agak-agak gimana gitu, pertukaran udara cuma dari AC. Soal toilet cewek cowok yang nggak dipisah bukan masalah besar sih, tapi ya di tempat umum aja toiletnya dipisah.. :p

Overall, kelebihan hostel ini adalah lokasinya yang strategis, di daerah Bugis lagi, dekeet banget dari bus stop dan hanya 600 m dari MRT terdekat, deket dengan Kampong Glam dan Masjid Sultan, di sekitarnya banyak tempat makan halal, wifi, locker, breakfast. Kelemahan, kamar yang tanpa ventilasi.

Yang jelas, untuk pengalaman pertama stay di hostel, hostel ini lumayan memuaskan dan nggak bikin kapok. Semoga review ini bisa membantu. J

5 Days Escaping to Singapore - Kuala Lumpur #4


Hari keempat liburan, atau hari terakhir liburanku di Singapura, huhuu, kayaknya aku mulai betah di kota ini. Kota yang super duper teratur, bersih, dan memanjakan pejalan kaki, meskipun sama sekali tidak memanjakan kaki *pijit-pijit kaki yang gempor*.

Karena hari ini kita harus check out hostel jam 11 pagi, jadi agenda pagi ini cuma siap-siap packing. Untungnyaa barang-barangnya muat masuk semua, meskipun berat ranselnya jadi 2x lipat semula, padahal nggak beli apa-apa lho. Dari awal emang nggak niat beli apa-apa sih, cuma coklat sama bolpen aja buat oleh-oleh. Kepengen sesuatu pun nggak bakal kebeli, uangnya aja habis, hahaa. Jadi, dengan bangga aku umumkan kalo pagi ini dolar Singapurku tinggal recehan yang buat beli air mineral aja nggak cukup, eh, itu menyedihkan ya?

Nggak sesedih itu juga sih, aku masih punya deposit hostel $10 buat beli makan siang, sama deposit STP $10 buat beli makan malam. Lumayan kan? :p

Kelar packing dan sarapan, kita jalan-jalan dulu lagi ke sekitar hostel. Kita ke kampong Glam sama masjid Sultan lagi. Langit hari ini super cerah, birunya bikin naksir banget. Nana asik nongkrong sambil nyeketsa. Aku yang ogah bengong nungguin jalan-jalan di sekitar situ, kembali mengamati sekitar.

Langit biru di atas Kampong Glam dan Masjid  Sultan
Cuma sebentar duduk-duduk depan masjid Sultan, aku balik duluan ke hostel. Nana ngelarin nyeketsa dulu baru nyusul. Jam 11 tepat, kita check out dari hostel dan uang $10ku kembali, yaay! Ransel kita titip dulu di hostel, ntar malem baru diambil lagi. Sebelum cabut, mari foto-foto dulu di depan hostel.


Jadi, mau kemana kita hari ini? Menurut rencana kita mau ke Clarke Quay terus menyusuri Singapore River sampai ke Merlion, baru ke daerah Marina Bay terus sore ke Gardens by the bay. Dari hostel kita pergi naik bis sampai ke Clarke Quay. Clarke Quay berlokasi persis di sisi Singapore River. Clarke Quay dipenuhi gedung-gedung dengan desain antik dan berwarna warni. Clarke Quay ini tempat nongkrong yang enak banget agaknya, tapi karena kita sampe sana siang jadi masih sepi. Clarke Quay mulai rame dari sore sampai malam, kita bisa makan di restoran yang persis ada di pinggir Singapore River atau di area dalam ada banyak pub dan bar, area ini bukan untuk budget traveler tapi ya, soalnya makanannya mahal-mahal.
Kalo mau keliling Singapore River naik boat bisa ni dari sini, biayanya $18 untuk dewasa. Tapi karena keliling sungai naik boat sudah nggak asing di Indonesia, kita mah nggak naik, lagian juga nggak ada duitnya sih, hahaa. Kalo suka dengan sesuatu yang menguji adrenalin bisa coba naik reverse bungee.

Meja bar di Clarke Quay ini unyu

Clarke Quay dan gedung warna warninya
Langit super cerah di atas Clarke Quay. Nana siap dengan senjatanya dan mulai nyeketsa, dan aku asik foto-foto narsis. Puas liat-liat Clarke Quay yang berwarna warni memanjakan mata, kita lanjut jalan menyusuri Singapore River ke arah Merlion Statue. Dimanakah Merlion Statue? Entahlah, katanya bisa ditempuh jalan kaki, jadi kita jalan aja menyusuri sungai. Kalau ini sore dan bukan tengah hari bolong yang terik, menyusuri Singapore River mungkin akan lebih menyenangkan. Yang mengagumkan dari Singapore adalah, kota ini terkonsep dan bertujuan memanjakan siapapun yang ada di sana. Di pinggir sungai banyak sekali bangku untuk sekedar duduk-duduk memandangi sungai. Sebenernya Singapore River ini nggak bagus-bagus amat, lha wong airnya juga coklat kayak sungai Mahakam. Yang membedakan adalah Singapore River itu bersih dan bisa jadi objek wisata yang menarik, buktinya daritadi Singapore Cruisenya mondar mandir terus. Menikmati sore di pinggir sungai sepertinya juga menyenangkan. Tapi masalahnya ini masih siang, dan matahari tepat di ubun-ubun, dan Nana memutuskan untuk nyeketsa lagi. Yak, sebenernya aku nggak masalah Nana mau nyeketsa dimana dan berapa lama juga, tapi energiku kayak disedot saking panasnya, jadi aku nunggu sambil ngemil dan (tetep) foto-foto.

Menyusuri Singapore River
Keliling Singapore River naik boat, anyone?
Kelar Nana nyeketsa, kita lanjut jalan lagi. FYI, menyusuri Singapore River itu jauuh cuy, tapi berhubung hari terakhir biar deh dipuas-puasin gempornya *lah*. Sampe di Cavanagh Bridge yang ada di dekat Fullerton Hotel kita nyebrang ke sisi lain sungai, mau cari tempat makan sama mau sholat sekalian. Kita makan burger di McD, dan karena aku makannya lama, Nana pergi sholat dulu ke mesjid yang ada persis di sebrang McD. Di masjid ada tap water ternyata, lumayaan buat refill botol minumku yang hampir kosong.
Oke, setelah perut terisi dan sudah sholat juga, mari melanjutkan perjalanan ke Merlion Statue. Apa udah tau jalannya? Beluum! Jadi jalan aja ngikut feeling, ngikutin orang pada lewat mana, lumayan jauh tapi untunglah sampai juga di trademarknya Singapura, Merlion Statue!

Sudah sah ke Singapura!
Beginilah kolong jembatan di Singapura
Beuuh, sampe sana agak shock dikit ternyata banyaaak banget orang yang foto depan patung Merlion, rame. Cuma foto-foto bentar, istirahat sambil ngadem di kolong jembatan, terus kita nyebrang ke Esplanade. Di Esplanade juga nggak masuk, kita nongkrong lagi dong sambil memandangi Marina Bay Sands dan Merlion Statue dari keajauhan. Karena sudah sorean, acara nongkrong pun jadi lebih enak. Nana lanjut nyeketsa lagi, hari ini agenda kita paling santai jadi Nana bisa puas-puasin nyeketsa, kemaren2 kita udah keburu gempor jadi niat Nana untuk nyeketsa pun terlupakan. Sementara aku mengamati sekitar, yakinlah, mengamati sekitar itu menyenangkan. Ada anak kecil bule duduk di stroller sambil asik makan muffin *minta dong dek?*, sedangkan orang tuanya sibuk ambil gambar, si ibu berpose dengan arahan si ayah. Ada rombongan wisatawan yang sibuk dengan foto grup dan berusaha ambil foto dengan angle terbaik dengan Merlion Statue di kejauhan. Ada pasangan India yang asik dengan bekalnya. Ada yang asik dengan es krim tangkupnya. Ada yang berfoto lagi. Sebelah sana juga ada yang foto lagi. Yah, pemandangannya emang oke punya sih. Duduk-duduk di bawah pohon, angin sepoi-sepoi, tidur siang sekalian kayaknya enak nih? Hoho..

Nana serius nyeketsa, jangan diganggu! :p

Si ibu berpose aneh atas arahan si ayah
Anaknya sibuk ngemil muffin

Cheers!
Jam 6 sore kita ada janji sama Farida, temen SMA kita yang lagi ambil S2 di Nanyang, jadi jam 5 kita cabut dan mencari-cari jalan ke MRT Bayfront, tempat janjian kita, baru kita ke Gardens By The Bay sama-sama. Kita jalan santai sambil tetep foto-foto, nyebrang lewat Helix Bridge dan mendekat ke Marina Bay Sands, duduk-duduk lagi di kolam teratai yang ada di depan entah mall apa. Baru lanjut nyari MRT Bayfront yang ternyata ada di lantai bawah mall itu.
Helix Bridge dan Marina Bay Sands
Mall di Singapura ini keren dah
Setelah menunggu sambil ndlosor di lantai dengan menyedihkan di stasiun MRT, Farida akhirnya datang juga. Kita jalan lagi ke Gardens by the Bay, hiks hari ini perasaan jalaaan mulu ya? Gpp Difa, sehat sehat! *menyemangati diri sendiri*

Supertrees dari kejauhan
Yak, sampailah kita di Gardens by the Bay! Taman super besar di tengah kota yang modern dengan supertreesnya, keren ya? Katanya supertrees ini bakalan jauh lebih cakep pas udah malem. Jadilah kita duduk-duduk sambil ngobrol, nunggu gelap. Tapi jam 7 Singapur ini masih terang aja, nggak gelap-gelap. Agak ketar ketir ni, soalnya paling lambat jam 9 kita harus udah nyampe MRT Bugis buat ngembaliin STP.
Sebenernya di Gardens by the bay ini kita nggak cuma bisa nongkrong di bawah supertrees, ada beberapa dome yang tampaknya menarik dikunjungi, flower dome sama cloud forest, masuknya bayar tapi ya. Sebenernya pengen masuk flower dome, penasaran bunga apa aja yang ada di dalem, tapi waktu sama sekali nggak memungkinkan. Jadi kita balik ke area supertrees yang ternyata udah menyala dengan kerennya.




Supertrees ini semacam juga ada pertunjukannya lho, jadi lampu-lampunya bisa berubah warna. Ya Allah, tempat ini kok bener-bener kereen? Gardens By The Bay waktu malam ternyata super menakjubkan, i love it.

Jam 8 tepat, kita meninggalkan Gardens By The Bay, Farida kembali ke kostnya, aku dan Nana balik ke hostel. Setengah sembilan kita sampai di MRT Bugis, ngembaliin STP, dan duit deposit yang $10 dikembaliin, alhamdulillah, duitku nambah. Oya, untuk STP kita bisa ngembaliin di MRT manapun yang ada ticket officenya, jadi meskipun aku beli STP di MRT Ang Mo Kio, tetep bisa dikembaliin di MRT Bugis. Dan jangan lupa perhatiin jam buka sama tutup tiap ticket office ya, beda-beda soalnya. Ticket office MRT Bugis tutup jam 9 malam, makanya kita buru-buru balik, hehe..

Beres urusan STP, kita naik lagi ke Bugis Junction buat nyari makan malem. Udah muter-muter lagi tapi tetep nggak nemu yang menarik, yaudah deh balik lagi makan di KFC dengan menu yang persis sama seperti sebelumnya. Setelah perut kenyang, aku masih penasaran sama gorengan Old Chang Kee, pas ke counternya ternyata udah abis-abisan, yaah. Jadilah aku cuma beli sosis ayam, setusuknya $ 1,6, haha, mahal juga ternyata, makanya belinya itu doang.

Dari Bugis Junction, kita jalan balik ke hostel. Meskipun udah malem, jalanan Singapur ini masih rame aja deh, jadi berani-berani aja meski udah jam 10 malem. Ke hostel niatnya mau ambil ransel sama numpang ke toilet kalo dibolehin, untung masnya yang jaga baik, jadi meski nggak mandi sore lumayan lah sempet sikat gigi sama cuci muka.

Today is the end of our journey in Singapore. Jam 23.30 kita balik naik bis ke KL. Sedih, liburan 3 hari ternyata singkat, sementara aku sudah mulai betah dengan kota yang teratur ini.

Tulisan trip ini juga akan berakhir di sini, meskipun judulnya “5 Days Escaping to Singapore – Kuala Lumpur”, nggak ada part ke 5 karena hari kelima hanya diisi dengan perjalanan balik ke kenyataan *halah*. Jam 4 pagi, bus sudah sampai di Terminal Puduraya, KL. Naik bis ternyata hanya butuh waktu 4,5 jam, beda dengan kereta yang 8 jam baru sampe. Dilanjut naik taksi ke KL Sentral, terus naik Aerobus ke LCCT, terus naik AirAsia kembali ke Balikpapan. And, welcome back to routinity!

This 5 days escaping will always stay in my heart. Enjoyable moment. Great experience. Unforgettable journey. I hope someday i will be back there, with more comfortable shoes, so i can walk any longer and more money of course :p.. bye! 

Review K-Drama: Gu Family Book


Sebenernya postingan ini dibuat lebih ke rasa bersalahku, aku belum pernah sekalipun bikin postingan tentang korean drama. Padahal di profile blog aku menyebutkan “In love with korean drama, motogp, and F1”, postingan soal motogp atau F1 sih sering, korean drama yang belom sama sekali, haha. So, here we go..

Gu Family Book adalah drama yang saat ini masih tayang di Korea sono. Drama bergenre fushion saeguk ini (kalo nggak salah) tayang di MBC di slot Senin – Selasa jam 9:55 waktu Korea sana. Untuk slot tayang Senin – Selasa ini ada 3 drama yang menarik perhatianku sebenernya, Nine, Gu Family Book, dan Jang Ok Jung. Nine yang merupakan gantinya Flower Boy Next Door (drama favoritku awal tahun lalu), tayang paling dulu, cerita tentang time travel. Seru, tapi karena belum nonton sendiri, lama-lama aku bingung dengan ceritanya dan ketertarikanku sama drama ini sedikit berkurang. Nine udah tamat minggu lalu, dan untungnya happy ending. Gu Family Book, dari awal memang tertarik sama drama ini, tapi memang nggak masang ekspektasi berlebih soalnya masih nggak begitu ngeh ceritanya soal apa. Tapi semakin lama diikuti, ternyata semakin seru. Terakhir, Jang Ok Jung, drama ini mulai tayang bersamaan dengan Gu Family Book dan secara rating masih kalah, maklumlah cerita semacam ini udah banyak versi dan dari bermacam-macam sudut pandang tokoh. Gu Family Book dan Jang Ok Jung sama-sama sudah tayang sampai episode 14, bedanya, semakin banyak episode aku semakin tertarik dengan Gu Family Book dan semakin males dengan Jang Ok Jung, terlalu banyak intrik yang melelahkan. Jadilah sekarang aku mau fokus ke Gu Family Book.

Jadi, Gu Family Book bercerita tentang Choi Kang Chi (Lee Seung Gi), seorang setengah manusia, setengah gumiho. Kok bisa? Ayah Kang Chi yang seorang gumiho atau biasa juga disebut makhluk suci penunggu Gunung Jiri menikah dengan ibu Kang Chi yang seorang manusia. Ibu Kang Chi awalnya tidak tau kalau ia menikah dengan gumiho, sampai akhirnya ayah Kang Chi menampakkan wujud sebenarnya ketika istrinya dalam bahaya. Ibu Kang Chi shock dan tak bisa menerimanya, hingga melarikan diri. Singkat cerita Ayah Kang Chi terbunuh, dan ibu Kang Chi yang awalnya sama sekali tak menerima kehadiran Kang Chi, mengumpankan dirinya sesaat setelah melahirkan Kang Chi dan juga terbunuh. Padahal, sebelum peristiwa yang menyebabkan ayah Kang Chi terbunuh,tinggal dalam hitungan hari setelah selama 100 hari menghindari pantangan, ayah Kang Chi akan menjadi manusia. Konsekuensi saat pantangan itu dilanggar adalah ayah Kang Chi akan gagal menjadi manusia dan akan menjadi iblis 1000 tahun.

Kang Chi kecil ditemukan oleh Tuan Park di sungai dan diangkat menjadi anak kepala pelayan Choi. Kang Chi kecil yang dianggap sebagai pembawa keberuntungan bagi Tuan Park, hidup bahagia dengan Chung Jo dan Tae Soo yang merupakan anak-anak Tuan Park. Tuan Park sendiri seorang pribadi dan ayah yang baik, dan usaha yang dimilikinya, Penginapan Seratus Tahun, sangat sukses.

Segalanya berbalik saat Jo Gwan Woong, orang yang sama yang menghancurkan keluarga dan kehidupan ibu Kang Chi, juga menginginkan apa yang dimiliki Tuan Park. Suatu malam, Tuan Park terbunuh saat berusaha menyelamatkan Kang Chi yang akan ditusuk pengawal Joo Gwan Woong, sialnya Kang Chi justru difitnah sebagai pembunuh Tuan Park dan keluarga Tuan Park dianggap sebagai pengkianat. Tae Soo disiksa, Chung Jo dijual dan dijadikan gisaeng, istri Tuan Park yang tak sanggup menahan penderitaan akhirnya bunuh diri.

Sejak kecil di tangan Kang Chi melingkar sebuah gelang pemberian biksu So Jung, sahabat baik ayah Kang Chi. Kang Chi sama sekali tidak mengetahui identitas sebenarnya yang hanya setengah manusia, dan gelang itu berfungsi agar Kang Chi menjadi manusia seutuhnya saat ia berusia 20 tahun. Sayang, sebelum usia Kang Chi genap 20 tahun,gelang itu dihancurkan oleh pengawal Joo Gwan Woong yang curiga. Kang Chi berubah menjadi gumiho dan tak bisa mengendalikan dirinya. Kang Chi tak bisa menerima kalau dirinya hanya setengah manusia.

Untungnya ada Yeo Wool. Yeo Wool menganggap Kang Chi tetaplah Kang Chi walau dalam wujud yang berbeda, dan membantu Kang Chi untuk tetap sadar siapa dirinya. Biksu So Jung meramalkan kalau Kang Chi adalah takdir Yeo Wool yang harus Yeo Wool hindari, karena jika mereka bersama, salah satu dari mereka akan mati. Tapi takdir tak bisa dicegah seperti kita tak bisa mencegah angin yang berhembus. Meskipun awalnya Kang Chi menganggap Yeo Wool pria karena penampilan pendekarnya, untunglah Kang Chi yang bodoh akhirnya menyadari kalau Yeo Wool adalah wanita karena suatu kejadian yang agak, ehm, pervert.

Agar Kang Chi bisa menjadi manusia seutuhnya, Kang Chi harus menemukan buku keluarga Gu. Syaratnya, Kang Chi harus berusaha tetap menjadi manusia walau tidak mengenakan gelang (Biksu So Jung membuatkan gelang baru untuk Kang Chi). Juga jangan berdekatan dengan wanita baik itu karena simpati atau cinta. Biksu So Jung merasa itu sulit karena orang yang sudah ditakdirkan dan tak bisa dihindari sudah berada di samping Kang Chi. Nah lo! Apa mungkin Kang Chi menemukan buku keluarga Gu dan menjadi manusia seutuhnya?

Untuk syarat yang pertama, Kang Chi berhasil melakukannya. Ia diam-diam melepaskan gelangnya saat Yeo Wool ada di sampingnya tanpa berubah menjadi gumiho, aww, cuma Yeo Wool yang bisa bikin Kang Chi tenang. Bisa dikatakan Yeo Wool lah gelang manusia Kang Chi.

Lalu bagaimana dengan syarat kedua? Kang Chi justru semakin dekat dengan Yeo Wool. Kedekatan mereka berjalan perlahan-lahan, tapi sedikit demi sedikit Kang Chi mulai menyadari kalau Yeo Wool penting baginya, meskipun ia belum mau mengakui apapun. Dari awal Yeo Wool tertarik pada Kang Chi, karena saat kecil mereka pernah bertemu dan Kang Chi kecil menyelamatkannya dari gigitan anjing, tapi Yeo Wool tak pernah memaksakan perasaannya. Yeo Wool tau Kang Chi belum melupakan Chung Jo, anak Tuan Park yang menjadi cinta pertama Kang Chi, meskipun Chung Jo harus menjalani hidup yang menyedihkan dan belum bisa  menerima wujud Kang Chi yang sebenarnya. Padahal Kang Chi tanpa sadar mulai melupakan Chung Jo dan bingung akan perasaannya pada Yeo Wool. Bahkan Kang Chi benar-benar ingin menjadi manusia karena Yeo Wool. Aww.


Gu Family Book sudah berjalan 14 episode dari 24 episode yang direncanakan. Sejauh ini cerita semakin seru dengan kembalinya ayah dan ibu Kang Chi. Ibu Kang Chi ternyata masih hidup dan kembali. Kembalinya ibu Kang Chi sepertinya membuat ayah Kang Chi bangkit dari tidur panjangnya, namun bukan Wol Ryung yang polos seperti dulu, Wol Ryung telah menjadi iblis 1000 tahun. Ayah Kang Chi yang telah menjadi iblis menebar teror dengan membunuh banyak nyawa,  membuat Kang Chi berada dalam fitnah, warga yang mengetahui sosok Kang Chi sebenarnya menuduh Kang Chi yang membunuh orang-orang itu dengan kejam.

Cerita dengan bumbu fitnah ini mulai melelahkan, semoga semuanya segera clear dan keinginan Kang Chi dan Yeo Wool terwujud, yaitu Kang Chi bisa menemukan buku keluarga Gu dan menjadi manusia. Bonusnya, semoga Kang Chi dan Yeo Wool happy ending. Kalo tambah bonus ayah dan ibu Kang Chi bersatu lagi bisa nggak ya? Hehe, mari bersabar sampai akhir bulan juni.

Spoiler pic untuk episode minggu depan, Kang Chi ngasih bunga ke Yeo Wool, aww, i think romance gonna takes lead soon.. :”>




Yeo Wool looks so happy :D

Tuesday, May 21, 2013

Akhirnya Dani Pedrosa Menang di MotoGP Le Mans 2013


Akhir pekan kemarin, MotoGP memasuki seri keempat di Sirkuit Le Mans, Perancis. Setelah tiga seri sebelumnya yang memunculkan pemenang berbeda, Lorenzo di Qatar, Marquez di Austin, dan Dani di Jerez, race Le Mans ini membuat orang menduga-duga, akankah ada pemenang keempat? Mungkin Valentino Rossi, atau Cal Crutchlow, atau mungkin dari kubu Ducati, Dovi atau Hayden?

Haha, tapi harapan mereka tak terwujud karena my Dani Pedrosa yang menang, yaay! Le Mans ini sirkuit klasik dan sudah bertahun-tahun menyelenggarakan race MotoGP, dan sejak Dani masuk di kelas utama MotoGP, Dani belum merasakan podium tertinggi di Le Mans sekalipun. Dani pernah menang di kelas 125 cc dan 250 cc, tapi itu sudah lama sekali. Selain faktor karakter sirkuit, faktor cuaca berpengaruh penting, Le Mans sering hujan dan relatif dingin.

Di hari pertama latihan, kondisi track kering dan tanpa hujan, Dani tercepat di FP1 dan FP2 (it’s a very good sign). Hari kedua, di FP3 dan FP4, Dani bukan yang tercepat sih, tapi masih oke lah. Kondisi track juga kering dan menurut ramalan cuaca hujan baru akan turun saat race besoknya. Naah, pas kualifikasi Dani jatoh, untungnya dia baik-baik aja, tapi waktu kualifikasi kan sempit dan tim perlu waktu buat nyiapin motor keduanya Dani. Jadi pas balik ke track, belom dapet putaran yang bagus udah habis aja waktunya, alhasil Dani start dari posisi 6. Pole position jadi milik Marquez, dan berturut-turut di belakangnya ada Lorenzo, Dovi, Crutchlow, Bradl, Dani, Bautista, Rossi, Bradley Smith, Hayden.

Race day. MotoGP jadi race terakhir setelah moto3 dan moto2. Race moto3, track masih kering, belum hujan. Race moto2, mulai hujan ni, banyak banget rider yang jatoh, sampai akhirnya red flag dan balapan dihentikan karena hujan deras. Race MotoGP, positif wet race!

Dani di grid start, bersama Umbrella Man-nya
Dani ada di depan Dovi, Lorenzo dan Rossi
Race start. Balapan 28 lap dalam kondisi basah. Dovi berhasil menyodok ke depan diikuti Lorenzo dan Dani Pedrosa, sementara Marquez yang start dari pole position turun ke posisi 8 karena start yang buruk. Soal start, Dani jago lah, jadi meskipun start dari posisi 6 tetep optimis bisa menang, buktinya udah ke posisi 3 aja. Masih di lap awal, Dani menyalip Lorenzo dan ada di posisi 2. Selanjutnya Dani mengincar Dovi dan sukses ambil alih posisi 1. Tapi nggak semudah itu, salip-salipan antara Dani dan Dovi ini seru, Dani sempat melebar, terus diovertake balik sama Dovi, tapi Dani bisa nyalip lagi. Belom kelar, di lap 12 Dani diovertake lagi sama Dovi tapi nggak lama Dani kembali ke posisi 1, dan setelahnya Dani berhasil membuat gap dan nggak disalip lagi sama Dovi.

Lalu apa yang terjadi di belakang? Lorenzo terpuruk ke posisi 7 setelah berturut-turut disalip rider lain, dan kembali turun ke posisi 8 setelah disalip Marquez. Rossi disalip Crutchlow untuk posisi 3, dan kemudian jatuh karena tekanan dari Hayden di belakangnya. Rossi masih bisa lanjut, tapi mentok di posisi 12. Bradl juga jatuh dan bisa lanjut race. Marquez? Awal balapan agaknya dia kesulitan dengan kondisi hujan, ini wet race pertamanya di MotoGP, makanya dia drop ke posisi 8. Tapi lama kelamaan Marquez mulai beradaptasi, apalagi hujan berhenti dan track mulai mengering, dia kembali fight ke depan. Sampai beberapa lap menjelang finish, dia udah ada di posisi 4 di belakang Dovi dan mulai menebar ancaman untuk posisi podium. Dan bener aja, Dovi berhasil disalip sama Marquez untuk posisi 3.

Yaaay, Dani menang di Le Mans!
I'm win! Thanks for your support, Difa.
Dikasih selamat sama Marquez
Checquered flag. Dani melintasi garis finish pertama (YAY!), diikuti Crutchlow, Marquez, Dovi, Hayden, Bautista, Lorenzo, Pirro, Smith, Bradl. Dengan menang lagi di Le Mans ini, Dani jadi pebalap pertama yang mengoleksi dua kemenangan berturut-turut, ihiiiy, congrats Dani! Dan Dani seneng banget akhirnya bisa menang di Le Mans, wet race lagi. Dani tampaknya sudah semakin jago dan punya good feeling di motornya, makanya mau race kering atau basah semua lawan bisa diatasi, hohoo, semoga seterusnya Dani menang, amiiin. Oya, dengan kemenangan kedua ini, Dani ada di posisi teratas klasemen dengan 83 poin diikuti Marquez (77) dan Lorenzo (67).  

Podium MotoGP Le Mans
Untuk pertama kalinya Lorenzo nggak podium, dan memang itu yang kuharapkan sih. Jadi sebelum race aku pengen Dani ada di podium pertama, terus podium 2 dan 3 terserah deh, kalo bisa sih bukan Lorenzo atau Marquez. Yang Lorenzo sih kejadian, tapi Marquez masih naik podium ternyata, itu anak kekeuh banget. Meskipun sebenarnya aku berharap podiumnya Dani, Crutchlow, Dovi, tapi sudahlah ya..

Sampai ketemu 2 minggu lagi di Mugello! Semoga Dani bisa hattrick, amiiiiiinn..

Pic Spam..
Om Shuhei Nakamoto happy banget
Gantengnyaa..
Pose dulu di Parc Ferme
Menghayati lagu kebangsaan
His very happy face
Mak, lagi garuk telinga aja ganteng!
Yay, i'm win!
Champagne timeee!!
Happy me with Mike Leitner on the podium


Sunday, May 19, 2013

5 Days Escaping to Singapore - Kuala Lumpur #3


Hola, hari ini mari memulai petualangan lagi di Singapur! Rencananya hari ini kita mau ke Singapore Botanical Garden, Little India, Orchard, sama Chinatown beli oleh-oleh. Sebelumnya, kelar sarapan di hostel, kita jalan dulu ke Golden Miles Complex buat beli tiket bis buat balik ke KL besoknya. Golden Miles Complex ini semacam agen2 bis beserta terminalnya, 10-15 menit jalan kaki dari hostel, yah lumayan jauh. Oya, apa yok bedanya jalan kaki di Singapur sama Indonesia? Kenapa siapapun yang ada di Singapur jadi lebih betah jalan? Pertama, trotoar disana memanjakan pejalan kaki banget, gede2 dan banyak kursi buat istirahat, cocok buat yang gampang capek kayak aku. Kalo di Indonesia, belom tentu ada trotoar di setiap sisi jalan dan kalopun ada, kadang kita kudu saingan sama pemotor atau mobil2 yang parkir. Dan perbedaan terpenting menurutku, di Singapur kita nggak tau jarak yang harus kita tempuh sebenarnya seberapa, jadi jalani aja, jalaan terus sampe gempor, eh ketemu tempat yang dicari *alhamdulillah kalo nggak pake acara nyasar*. Nah, kalo di Indo kan kita udah tau ni jaraknya seberapa dan biasanya baru ngebayangin aja udah males, jadi mending naik kendaraan, hehe.

Oke, kembali ke Golden Miles Complex, ada banyak agen bis disitu, kita tanyain satu2 yang sedia rute Sing – KL, ada yang jamnya cocok tapi harganya kemahalan, ada yang harganya cocok tapi kemaleman. Dilematis, tapi akhirnya kita memilih opsi kedua. Nama bisnya Sri Maju berangkat jam 23.30, estimasi sampai jam 4 atau 5 pagi, harganya $25, termurah di antara agen bis yang kita datangi. Sebenarnya agak khawatir nyampenya kesiangan, tapi karena estimasi nyampenya jam 4 atau 5, kita berani ambil, dan lagi Sri Maju menurut review bisnya nyaman dan recommended. Seat bisnya cuma 27, dan pas kita beli tiketnya ternyata kursinya hampir penuh coba, terpaksalah kita ambil 2 seat paling belakang, daripada nggak bisa balik KL :))

Beres dapet tiket bis, kita ke halte depan Golden Miles, nyari bis yang mau ke stasiun MRT terdekat. Namanya pertama kali keluar negeri, maklumlah kalo agak katrok, kita nggak tau kalo mau berhentiin bis kudu mencet bel yang ada di sisi kursi, kalo nggak ada yang mencet mah bisnya biar lewat halte juga nggak berhenti. Jadinya kita cuma bisa bengong pas lewat halte deket MRT Esplanade dan bisnya ngeloyor aja. Pelajaran pertama hari ini. Kita akhirnya ngikut aja bisnya kemana sambil liat-liat Singapur, setelah agak lama baru deh aku tanya sama supir bisnya sebaiknya turun dimana, dikasih saran turun di Harbour Front aja, yang masih lumayan jauh. Jiaah, baru kemaren naik bis nyampe Harbour Front, hari ini nyasar lagi sampe sana, buang2 waktu padahal udah siang. Karena kemaren udah turun disana, kita tau di halte mana kita harus turun, dan emang banyak yang turun naik sih, jadi nggak perlu mencet bel. Oya, kalo naik atau turun bis jangan lupa tap kartu ya, kalo pake STP sih biayanya $0, bisa dipake keliling sepuaasnya.
Jadi, kita masuk lagi ke Vivo City, kali ini ke stasiun MRT Harbour Front yang ada di lantai bawahnya. Kita naik MRT Circle line atau jalur kuning ke MRT Botanic Garden, lumayan jauh, tapi nggak perlu ganti2 MRT. Dan sampailah kita di Singapore Botanic Garden, dari namanya, ini adalah taman yang super luas. Enak dipake buat jogging, sepedaan, ngajak hewan peliharaan jalan-jalan, piknik, dan entahlah kenapa banyak juga mbak2 dan mas2 dengan baju kerja jalan di situ, apa ini juga jalan pintas ya?? 

Mejeng di Singapore Botanic Garden
Masuk Botanic Garden gratis lho, yang bayar kalo mau masuk di National Orchid Garden. Dari awal sih niatnya cari yang gratisan aja, jadi nggak kepikiran masuk National Orchid Garden *belakangan baru tau kalo itu tempat oke dan harusnya nggak dilewatkan*. Aku dan Nana berjalan menyusuri taman, menurut tanda panah, kita menuju ke kawasan Evolution Garden,Palm Valley, Ginger Garden, Healing Garden dan juga National Orchid Garden.

Which way to go?
Salah satu sudut Botanical Garden
Tamannya beneran enak buat jalan-jalan dengan santai, sampai akhirnya kita menyadari kok gitu-gitu aja ya? Kita berhenti di Raffles Place, memandangi peta dan shock, udah jalan sejauh ini tapi belum apa-apanya dibanding areal Botanic Garden?? Buseet, setelah ndeprok bentar kita lanjut jalan ke visitor centre dan cuaca sudah mulai mendung mengkhawatirkan. Oya, kata Nana kalo kita keluar dari sisi sananya ini garden *entah sisi mana*, kita tinggal jalan ke Orchard dan ada gedung yang pengen dia liat. Tapi ya, deket Raffles Place ini ada jalan gede, tapi ternyata nggak ada jalur bisnya. Setelah bertanya pada mbak2 di Visitor Centre, sepertinya nggak mungkin jalan ke Orchard, soalnya jauuh dan nggak ada kendaraan. Yaudah, daripada nyasar akhirnya kita memutuskan jalan balik ke stasiun MRT tempat kita dateng tadi. Mendung semakin mengkhawatirkan. Dan bener aja, baru jalan bentar tau2 ujan, pas masih rintik2 kita sempet berhenti di satu gazebo di tengah taman. Tapi kok isinya, mas2 petugas kebersihan semua, karena parno dan nggak ada cewek lainnya, kita nggak jadi berteduh di situ. Eh ndilalah habis cabut dari tu gazebo ujannya langsung deres, jackpot tenan! Kita payungan sih, tapi teteep aja basah. Untung sebelum beneran basah kuyup ketemu gazebo lagi. Kali ini lebih rame dan ada ceweknya. Saking deres ujannya, duduk di gazebo aja kecipratan air. Sambil nunggu ujan reda, Nana tidur siang, dan aku karena bingung mau ngapain akhirnya main hape sambil foto2 narsis.

Narsis sambil nunggu ujan reda
Botanical garden habis diguyur hujan
Begitu hujan reda dan Nana sudah bangun dari tidur siangnya, waktunya melanjutkan perjalanan. Padahal sih itungannya kita baru bentar di Botanic Gardennya, baru 1,5 jam, tapi karna udah bingung mau ngapain, mari lanjut ke Orchard Road sambil cari makan siang disono! Kita naik MRT Circle Line lagi dan ganti MRT jalur merah (North South Line) ke arah Marina Bay di MRT Bishan, baru deh turun di MRT Orchard.

Bukti otentik udah sampai Orchard Rd
Yak, sampailah kita di Orchard Road yang tersohor itu. Jalanan yang isinya penuh mall yang barang2nya diluar budgetku :p. Pertama, kita nyangkut di Lucky Plaza buat cari makan siang, gosipnya makan siang disini murah dan ramai. Tapi kita nggak tau disebelah mana food courtnya, jadi kita naik lantai demi lantai, di lantai atas nemu sih yang rame, tapi terlalu rame dan kok sedikit tempat maemnya?  Yaudah, akhirnya turun lagi, sampe keluar Lucky Plaza dan masuk lagi ke pintu basement, ternyata food courtnya disitu sodara2! Setelah bingung2 seperti biasa, nana milih makan lontong sayur dan aku makan soto mi, dan ya kita milih menu termurah yang ada. Tapi aku agak nyesel, aku kan nggak doyan mi yang gede2, jadi nggak habis.. :s  

Kelar makan, kita lanjut menyusuri Orchard dan nyangkut di Uncle Ice Cream yang terkenal itu. Padahal abis ujan2an, tapi liat es krim kok ya kepengeen. Jadi ini es krim Walls biasa dalam berbagai rasa yang bentuknya balok gitu, terus ditangkupkan ke roti tawar warna pelangi. Harganya murah meriah, cukup $1 udah dapet es krim enaak. Yang jual udah pada tua2 banget, jadi bingung ini sebenernya uncle ice cream atau grandpa ice cream?? :p

Jualannya gerobakan dan ada banyak kok yang jual, jadi jangan khawatir kalo nggak nemu, rasa palingan sama aja. Oya, pas kita beli sepi2 aja lho, tapi habis itu langsung rame dan ngantri, kita bawa hoki. Hohoo.
Kenyang makan es krim, kita nemu petunjuk masjid terdekat, Al Falah Mosque namanya. Mari sholat duluu. Di Singapur ini agak susah nemu masjid, jadi kalo nemu mending langsung sholat aja. Dan enaknya masjid itu, toilatnya pasti ada air, beda sama toilet umum di Singapur yang nggak ada air sama sekali. Merepotkan aja.
Masjid di Orchard Road
Makan udah, ngemil dessert udah, sholat udah, lanjut jalan lagi yuk? Niatnya masih lanjut menyusuri Orchard, tapi capek, akhirnya kita memutuskan lanjut ke Little India dan nyari stasiun MRT terdekat. Udah jalan lumayan jauh kok nggak nemu2, akhirnya kita nongkrong di halte bis dan mau naik bis aja, ada jalurnya ke Little India. Bis yang lewat Orchard Rd ini banyaaak banget jalurnya. Lumayan lama nunggu, bis yang dimaksud dateng. Aku udah nyiapin STP dan berdiri manis di pinggir halte, tapi tapi kok bisnya nggak berhenti sama sekali?? Pelajaran kedua, ternyata kalo kita nggak nyetop bisnya, itu bis emang nggak bakal berhenti. Jiaaaah, bilang doong!

Habis itu kita bimbang, kalo nunggu bisnya lewat lagi bisa lama, dan lagi track record kita kalo naik bis agak nggak bagus *nyasar, kelewatan, etc*, kita mau naik MRT yang pasti2 aja. Lumayaan jauh sih baliknya, sekitar 250 m menurut papan petunjuk. Jadi sebenernya tadi kita udah lewat, tapi stasiun MRTnya ada di mall di sebrang jalan yang kita susuri, makanya nggak nemu. Tapi sudahlah, kita memaksa kaki yang sudah gempor dari hari pertama ini ke MRT Somerset sambil ngomel2, awas aja kalo jaraknya lebih dari 250 m :p.
Dari MRT Somerset ke Little India, kita cuma perlu ganti jalur di Dhoby Ghaut ke MRT jalur ungu (North East Line), terus 1 stasiun lagi udah Little India deh, dekat. Sampe Little India, kita duduk2 dulu di pinggir jalan sambil istirahat (lagi). Sebenernya sih kita pengen liat Little India Arcade, tapi kok nggak nemu ya, jadi deh kita cuma keliling2 bentar di antara banyaknya toko kain, toko buah segar dan toko2 yang jual khas India semacam rangkaian bunga yang biasa dikalungin di film2 India itu lho, sayang aku lupa fotoin. Muterin jalan sekali dan nemunya stasiun MRT lagi, akhirnya kita cabut dari Little India yang memang banyak orang Indianya ini.

Tumben MRTnya sepi
Istirahat sambil liatin MRT lewat
Tujuan selanjutnya? Cari oleh-oleh di Chinatown! Dekaat dari MRT Little India, masih di jalur ungu, dan cukup melewati 2 stasiun untuk sampai Chinatown. Keluar stasiun MRT, langsung disambut sama ornamen lampion merah khas Chinatown dan berjejer2 penjual oleh-oleh. Harganya standar, tapi sudah naluri untuk menyusuri sampe ujung, baru masuk lagi ke toko yang sebenernya tadi udah dimasuki. Biasalah, cewek :p
Perburuan di Chinatown menghasilkan sekantong oleh2 , tapi isinya bolpen semua. Harga 3 set bolpen $10 (1 set isi 5 bolpen). Habisnya $20 dan sukses menghabiskan isi dompet, huaa. Tinggal $4, entah masih cukup buat makan malem apa nggak. Sebenernya pengen beli kaos juga, tapi yang murah bahannya jelek, yang bagusan harganya bagus juga. Lagian duit abis juga, nggak jadi beli deh.

Chinatown, yak dipilih dipilih!
Itinerary hari ini sebenernya sampe Chinatown aja, tapi berhubung kelar dari Chinatown masih terang dan baru jam setengah 7 malem, kita akhirnya lanjut jalan ke Changi. Nana pengen liat desain MRT Changi yang katanya lain dari yang lain, biasalah anak arsitektur. Yaudahlah, sekalian aku pengen liat bandara Changi itu kayak apa to. Dari Chinatown ke Changi lumayan jauh, pertama naik MRT jalur ungu ke Outram Park, baru ganti MRT jalur hijau ke arah Pasir Ris dan turun di MRT Tanah Merah, baru deh naik lagi ke jurusan Changi Airport. Kalo kemarin kita turun naik kereta di Woodlands yang ada di utara Singapura, Changi Airport ini persis ada di ujung timur Singapura, lumayan jauh dari pusat kota.

MRT unyu, pinky gitu..
Salah satu sudut Changi Airport
Kira-kira setelah perjalanan 40 menit, sampailah kita di Changi. Masuklah kita ke Changi Airport yang terdiri dari banyak terminal, dan bok eskalator di Changi ini sumpah tinggi2 amat ya? Rada ngeri. Dan ya, bandaranya emang keren ih. Btw, perut yang sudah mulai lapar minta diisi, jadi sambil liat-liat kita juga celingak celinguk cari tempat makan. Liat Burger King dari kejauhan dan berbinar-binar, tapi begitu mendekat kita kecewa, mahaaal, namanya juga harga airport ya. Yaudah, akhirnya kita memutuskan balik dan cari makan deket hostel aja. Nana juga nggak nemu apa yang dia cari.

Dari Changi, kita tinggal balik ke Tanah Merah dan lanjut ke Bugis yang masih di jalur MRT yang sama, jalur hijau. Jadi hari ini saking muter-muternya, komplit sudah semua jalur MRT kita lewatin, hijau, ungu, merah, kuning, hohoo.

Stasiun MRT Bugis ini juga ada di bawah mall yang namanya Bugis Junction, akhirnya cari makan disitu, dan kita bingung karena yang jual makan banyak banget. Pengen nyobain Yoshinoya, tapi nggak ada label halalnya, jadilah kita makan di KFC aja yang jelas halal. Aku lupa nama menunya apa, nasi lemak dengan potongan ayam krispy dan saus jamur, tapi sih sausnya rasanya agak aneh. Harganya $6, dan uangku sisa $4, jadilah sisanya dibayarin Nana, haha. Oya, sebenernya aku juga naksir gorengan Old Chang Kee yang juga ada di Bugis Junction ini, tapi berhubung duitku habis bis, besok lagi aja deh belinya.

Jam 10 kita sudah sampai di hostel dengan perut kenyang, waktunya mandi dan istirahat. Sampai ketemu lagi besok! :D