Friday, August 29, 2014

Sinopsis Marriage Not Dating Episode 15 Part 2


Hyun Hee tersenyum menyambut kedatangan mereka, Jang Mi lalu juga menyapanya. Ibu istri direktur tampak terkesan dengan tempat Jang Mi, Yeo Reum juga sedang beraksi dengan keahlian memasaknya. Ibu istri direktur ternyata menunggu-nunggu berita pernikahan dan lega saat tau Jang Mi membuka restoran yang bagus. Jang Mi berkata ia sangat beruntung, koki yang mengembangkan resep ‘quatro kimchi pancake’ tergerak untuk membuka bisnis ini karena tanggapan bagus saat wine meeting itu. “Benarkah? Haruskah aku mencobanya juga hari ini?” sahut istri direktur senang.


Berbagai menu pun disajikan, semua dapat tanggapan bagus alias enak. Saat tiba giliran ‘quatro kimchi pancake’, ibu istri direktur bisa merasa kalau rasanya tak sama dengan sebelumnya. Jang Mi mengiyakan, sebelumnya mereka menggunakan kimchi buatan ibu Ki Tae, semuanya dimulai dari situ. Jang Mi berterimakasih sudah diberi kesempatan melayani tamu yang sudah memberinya inspirasi. Ibu istri direktur memuji Jang Mi yang penuh energi positif.


Ibu dan Ki Tae tampak puas dengan Jang Mi, ibu bahkan menawari ibu istri direktur mencoba makguli mereka yang enak. Ki Tae yang senang memberikan jempol dan kedipan untuk Jang Mi. Jang Mi pun tersenyum tak kalah senang.


Entah semalam mimpi apa, ayah yang sedang jalan dengan selingkuhannya malah masuk ke restoran Jang Mi. Ayah sempat melihat papan nama restorannya, tapi ia merasa tak mungkin itu milik Jang Mi jadi ayah tetap masuk. Ia langsung berbalik saat melihat wajah-wajah yang dikenalnya di situ, tapi istri direktur keburu menyapanya. Ayah salah tingkah dan berkata Ki Tae yang menelpon untuk bergabung dengannya, tapi Ki Tae langsung menyangkal dengan dinginnya. Ibu istri direktur bertanya siapa wanita yang bersama ayah? Makin salah tingkah, ayah berkata kalau wanita itu adiknya. Si wanita selingkuhan terpaksa menyapa dengan muka masam.


“Dia berkata tempat ini benar-benar terkenal,” ujar ayah. Tepat saat itu Jang Mi datang, ibu istri direktur sampai bingung, bagaimana bisa ayah tak tau kalau calon menantunya adalah pemilik tempat ini. Ayah tertawa canggung, maksudnya ia sangat bangga pada Jang Mi. Ibu istri direktur mengajak ayah segera bergabung. Ayah jadi tak enak. “Kenapa tak enak, dia kan adikmu,” sahut istri direktur. Ayah ragu, tapi duduk juga. Sementara selingkuhannya tetap berdiri di tempatnya. Ayah memanggilnya maknae, dan menyuruhnya segera duduk.


Suasana makin canggung. Jang Mi tak tahan dengan ini semua, tapi batinnya bergolak, tidak ibu sedang memperhatikan, sejauh ini baik-baik  saja, aku benar-benar tak ingin melakukan tindakan lainnya. Tapi Jang Mi lalu memandang ayah penuh amarah dan menyiramkan makguli yang dibawanya. Semua menganga kaget melihat ayah yang kebasahan. “Astaga, maafkan aku, ini tergelincir dari tanganku! Oh, bagaimana ini?” ujar Jang Mi pura-pura khawatir padahal ia tertawa penuh kemenangan.




Tapi tenang, itu cuma khayalan Jang Mi. Meski saat ia hampir benar-benar melakukannya, ibu lebih dulu beraksi dengan sengaja menyenggol botol minum sampai menumpahi celana ayah. Ibu stay cool dan dengan dingin minta si wanita selingkuhan untuk membawa ayah pergi, dia harus ganti pakaian. Mereka pun buru-buru pergi. Jang Mi tertawa tak percaya, ibu Ki Tae bisa juga ketularan Jang Mi ya? Hahaa.


Ibu istri direktur tau kalau wanita itu yang bertengkar dengan ibu Ki Tae saat di mall, ia harus mengkonfirmasinya karena ia bertanya-tanya apa ayah Ki Tae pantas memimpin universitas. Ibu berkata ini salahnya, ia tipe yang cerewet, ia mencoba mengontrol keluarganya dengan kedok menjadi istri dan ibu yang sempurna. Ia tak membiarkan sedikit kesalahan pun, jadi ia menekan mereka. Ayah pasti butuh seseorang untuk diajak bicara dan adiknya memberi perasaan nyaman, tak sepertiku. Itulah kenapa ayah membenci ibu dan wanita itu ada di sampingnya. “Aku tak bisa pengertian, dan berakhir dengan menjambak rambutnya,” lanjut ibu menjelaskan apa yang terjadi.

Semua terdiam. Ibu istri direktur memutuskan untuk percaya, untuk kepentingan ibu, bukan ayah Ki Tae.


Ibu pulang, nenek menyambutnya tapi ibu tak ingin bicara dan langsung masuk kamar. Ki Tae juga datang, tapi lagi-lagi nenek dicuekin karena Ki Tae menyusul ibunya ke kamar. Ki Tae mengajak ibu bicara, tapi ibu enggan, ia lelah. Ki Tae tak mengerti apa yang coba ibu lindungi, ibu tak ingin bicara atau mendengarkan  apapun lalu mengapa ibu ingin hidup begini? Ibu menjadi menantu,istri, dan ibu yang sempurna hanya karena pandangan orang. Ki Tae sudah banyak melakukan sesuatu dan minta ibu tak hanya diam. Tapi ibu hanya diam dan menahan tangis.


Nenek mendengarnya dan minta Ki Tae berhenti. Ki Tae pun pergi. Nenek yang tak ingin mengganggu menutup pintu kamar, membiarkan ibu menangis.


Nenek tampak kepikiran dan makin kepikiran saat bibi menunjukkan wawancara Ki Tae di majalah. Ki Tae menganggap waktu ia sendirian di rumahnya adalah kenangan yang indah untuknya. Nenek akhirnya memutuskan untuk menemui Ki Tae.


Di rumah Ki Tae, nenek menunjukkan majalah yang tadi dibacanya. “Kau ingat di sini sendirian?” tanya nenek. Ki Tae bingung, tapi lalu mengiyakan. Nenek berkata kalau Ki Tae tak sendirian, kau sungguh tak ingat kau bersama siapa? Ki Tae tak mengerti.


Flashback. Ki Tae kecil tertidur, dan ibu yang sedih memeluknya dari belakang. Itu adalah pertama kalinya ibu mengetahui perselingkuhan ayah Ki Tae, ia meninggalkan rumah bersama Ki Tae dan menunggu perceraian. Tapi nenek tak mau ibu membawa cucu satu-satunya keluarga Gong dan membawa Ki Tae pergi.


“Semuanya karena aku,” gumam nenek. Ki Tae tak percaya. Ibunya bertahan sampai sekarang karena Ki Tae. Nenek memberitahu ini bukan untuk membuat Ki Tae merasa bersalah, nenek hanya ingin Ki Tae tau kalau kenangan indah Ki Tae adalah saat menghabiskan waktu bersama ibunya. Ki Tae masih shock, tapi mengapa ia hanya ingat sendirian?


Nenek: “Kau merasa nyaman di sini pada usia itu tanpa seseorang bersamamu, kau pikir siapa dia? Orang yang bersamamu bahkan kau tak mengingatnya seperti udara yang terlihat.. dia ibumu.” Ok, i’m crying now, ibu Ki Tae ternyata sayaaaaaang banget sama Ki Tae, sampe rela bertahan puluhan tahun di pernikahan yang bahkan nggak buat dia bahagia, huhuu..


Ibu sedang duduk termenung sendirian saat seseorang menekan bel rumahnya.. Jang Mi. Ia datang dengan ceria dan mengajak ibu minum bersama. Jang Mi tau ibu pasti sedang ingin minum. Surprise, ibu malah tertawa dan tak menolak ajakan Jang Mi. Keduanya pun minum makguli bersama. Jang Mi menduga ibu masih mencintai ayah Ki Tae. “Cinta?” tanya ibu sinis. “Kau menjaga pernikahanmu,” sahut Jang Mi. Tapi ibu melakukannya karena hanya itu yang ia miliki, kebahagiaan keluarga adalah kebahagiaannya, hidup keluarga adalah hidupnya. Jika ibu menyangkalnya, seluruh hidupnya tak akan berarti lagi. Ibu mengakui itu sulit, jika tak ada yang tersisa, ia merasa kosong.


Jang Mi berkata Ki Tae juga satu-satunya yang ia miliki, itulah kenapa Jang Mi butuh pekerjaan itu. Jang Mi pikir ia akan kehilangan Ki Tae kalau hanya mengandalkannya, ia tak ingin sedih saat Ki Tae hanya sangat peduli padanya karena Ki Tae-lah seluruh hidup Jang Mi. Jang Mi tak mau menyiksa Ki Tae seperti itu, ia ingin bersama Ki Tae untuk waktu yang sangat, sangat lama.


Ibu tersenyum dan keduanya bersulang. Tapi ibu tiba-tiba curiga kenapa Jang Mi melakukan ini, kenapa kau berusaha sangat keras untuk memahamiku dan dipahami olehku? Jang Mi berkata itu karena ibu dan ia mencintai pria yang sama. Keduanya pun tertawa, dan saat Jang Mi mengajak bersulang lagi, ibu menyudahinya, ia sudah banyak minum. Jang Mi mengerti dan menurunkan gelasnya.


“15 ribu per kg?” ujar ibu tiba-tiba membahas soal kimchi. Jang Mi tertawa, harga segitu benar-benar gila, ia tau biaya bahannya. Ibu bertahan, kimchi buatannya bahan-bahannya spesial. Jang Mi terus berusaha menawar, tapi ibu tak mau. Jadi Jang Mi terus mengikuti kemanapun ibu pergi sambil menawarkan harga baru. Hahaa, now i’m ibu Ki Tae – Jang Mi shipper! Mereka bisa cute gini juga yaampuun..


Deal. Jang Mi dapat harga 8,89 ribu per kg dan langsung mengabarkannya dengan gembira ke Hyun Hee.


Ki Tae termenung sendirian di rumahnya yang gelap. Ia meraih ponselnya dan menelpon ibunya. Di sebrang telpon, ibu berkata ia habis minum bersama Jang Mi. Jang Mi ternyata punya luka yang sama denganku, ujar ibu. Ki Tae tak mengerti. Jang Mi melakukan apapun supaya diakui orang lain, jawab ibu. Ki Tae membenarkan, “Aku menyukainya karena ia sangat berbeda darimu, tapi aku baru sadar ia sepertimu walaupun cara pemikirannya sedikit berbeda. Kalian tidak keberatan untuk berusaha atau meninggalkan orang sendirian dan menyiksa mereka.”


“Ibu..” panggil Ki Tae hendak mengatakan sesuatu. Ibu menunggu, tapi Ki Tae tak sanggup mengatakan apapun, ia hanya menangis dan terus menangis. Ibu hanya mendengarkan dengan mata berkaca-kaca. Hiks, i’m crying even harder! Ini rekonsiliasi paling menyentuh, tanpa kata-kata tapi dalemnyaa..


Jang Mi pulang ke rumah Ki Tae, tapi Ki Tae sudah tidur. Jang Mi memeluk Ki Tae dari belakang dan bercerita kalau ibu Ki Tae akhirnya mengakuinya, meski bukan sebagai menantu, tapi rekan bisnis, “Sebenarnya, ibuku juga tak mengakuiku, dia benci aku menjual minuman keras.” Jang Mi benar-benar bahagia orang yang keras kepala seperti ibu Ki Tae mengakuinya.


Ki Tae tetap tidur, jadi Jang Mi ikut memejamkan mata sambil tersenyum dan memeluk Ki Tae dari belakang. Persis yang dilakukan ibu Ki Tae saat Ki Tae masih kecil.


Tapi ternyata Ki Tae belum tidur, ia membuka matanya.

Jang Mi: [Agar bisa bersama seseorang, kau harus siap untuk menerima masa lalunya dan semua hubungannya]


Ibu kembali menerima postcard dari ayah Jang Mi. Kali ini ayah bertanya ‘Apa kau sudah makan?’ ‘Kau baik-baik saja kan?’ Ibu hanya bergumam seharusnya ayah bertanya lebih awal, pria jahat. Dan ibu malah menangis.


Ayah makan sup sendirian dan tersedak. Ia bertanya-tanya kenapa ibu tak membalas postcard yang dikirimnya.


Ki Tae berjalan penuh senyum dengan buket bunga di tangannya. Hoon Dong yang melihat menghentikan Ki Tae dan bertanya, apa itu?

“Jang Mi..” jawab Ki Tae (Jang Mi artinya mawar).

“Untuk siapa?”

“Jang Mi..” jawab Ki Tae lagi. Hoon Dong tak mengerti, kau mau menggali kuburanmu sendiri? Ki Tae cuek, ia mendengar bel berbunyi di telinganya dan ia juga melihat halo. Ia lalu pergi tetap dengan senyum. Hoon Dong tertawa dan menyemangati Ki Tae.


Ki Tae menyodorkan buket bunga itu ke wanita di hadapannya.. ibu Jang Mi. Ibu memandanginya heran, apa ini? Ki Tae datang untuk meminta maaf. Ibu tak mengerti, untuk apa minta maaf saat semua sudah berakhir? Ki Tae mengaku sebenarnya itu belum berakhir, ia masih bertemu Jang Mi dan ia ingin meminta maaf secara resmi, tolong restui hubungan kami.


Ki Tae meraih tangan ibu, memberikan bunganya dan memberikan tatapan paling menggemaskan sedunia, hahaa. Ibu diam saja, dan malah memukuli Ki Tae dengan bunga itu. Ibu marah dan menyuruh Ki Tae pergi. Ki Tae yang berusaha menghindar sampai terduduk di lantai. Sayangnya, ibu kurang hati-hati menyimpan hasil pemeriksaan kesehatannya. Ki Tae membaca kertas bertuliskan diagnosis kanker payudara untuk ibu Jang Mi.



Ibu baru sadar dan merebut kertas itu. “Apa.. Jang Mi tau?” tanya Ki Tae perlahan. Ibu hanya diam. Sementara itu, Jang Mi membawa kimchi buatan ibu Ki Tae dan mencicipinya dengan super gembira. Kontras dengan apa yang terjadi di rumahnya.


5 comments:

  1. Semoga ortu Jang Mi cpt baikan n ayah Ki Tae insyaf..

    ReplyDelete
  2. Bener bikin jantung kadar berdebar kadang seakan berhenti...dimana saatnya senang tiba2 juga ada yang sediihh....
    Semoga semuanya kembali normal

    ReplyDelete
  3. lagi seru-serunya nonton, malah file mkv-nya rusaak.. untung ada sinopsis ini, thx God and thx youuu... :D

    ReplyDelete
  4. Kok gantung gini ya ceritaya, kenapa endingnya jd ga jelas gini? Padahal seruuuuuuu ...

    ReplyDelete