Sunday, October 5, 2014

Sinopsis Plus Nine Boys Episode 11 Part 1

 
 

Se Young sedang mengcopy sesuatu di mesin fotocopy kantor dan Jin Gu dengan usilnya mencetak fotonya dan Se Young besar-besar. Se Young kaget melihatnya. Ia melirik Jin Gu kesal, apalagi hasil cetaknya terus keluar. Se Young jadi panik dan menstaples asal-asalan kertas yang dipegangnya. Jae Bum melihatnya dan memberi saran agar Se Young mengaturnya agar terstaples otomatis.


Jin Gu buru-buru berlari dan mencegah Jae Bum menunjukkan caranya. Ia mengajak minum kopi. Jae Bum menolak, ia baru saja minum. “Kalau begitu minumlah green tea, dan ada yang ingin kubicarakan denganmu,” tahan Jin Gu panik. Barulah Jae Bum setuju. Saat pergi, Jin Gu minta maaf dengan menunjukkan tanda V ke Se Young (lagiaan, usil sih! Hahaa...)

[Aku ingin menyombongkan tentang Miss Piggy ke seluruh dunia, tapi kisah cinta kita malah menjadi film mata-mata.]


Se Young yang kesal menemui Jin Gu di tangga darurat. Jin Gu mengerti dan memeluk Se Young. Se Young tertawa, bagaimana kalau seseorang melihat kita? Jin Gu yakin tak ada yang akan melihat mereka, tapi seseorang datang membuka pintu tangga darurat. Jin Gu dan Se Young panik berlarian ke arah yang berbeda, Se Young berlari turun, sementara Jin Gu naik.


Saat orang itu turun, Se Young naik dengan santai seolah-olah tak terjadi apapun. Se Young lega tapi kesal pada Jin Gu, mereka tak boleh ketahuan. Gantian Jin Gu yang kesal, ini tampak seperti ia yang cinta mati pada Se Young, padahal Se Young yang menciumnya duluan. Se Young malah ingin tak membuat kontak mata di kantor. Jin Gu tak mau, bagaimana kalau aku harus mengatakan sesuatu padamu? Se Young minta Jin Gu bersabar.


“Heey, apa ini masih cinta sepihak?” tanya Jin Gu. Se Young menyuruh Jin Gu memberinya kode kalau ingin mengatakan sesuatu dan mereka akan bertemu di sini. Jin Gu frustasi, ini bukan film mata-mata, kenapa kau selalu berusaha merahasiakan ini? Se Young diam saja, Jin Gu jadi curiga Se Young ingin bertemu pria lain untuk balas dendam. Se Young kesal, ia tak seperti Jin Gu. Menurut Se Young tak bagus kalau rumor pacaran dengan rekan kerja sampai tersebar, rasanya tak nyaman.


“Cuma itu?” tanya Jin Gu. Ia tau Se Young punya alasan lain, dan menyetujui kode untuk mereka bertemu lalu memeluk Se Young lagi. Se Young tertawa-tawa, tapi takut ketahuan lagi.

[Untuk sementara tak masalah merahasiakan ini, tapi suatu hari kami harus menceritakan rahasia ini.. untuk menjaga cinta kita.]



Track 11. A Secret You Want to Tell

 

Kwang Soo yang sedang santai di rumah menelpon Da In, bertanya Da In sedang apa? Belum lagi Da In menjawab, Kwang Soo menebak dengan tepat kalau Da In sedang minum kopi sambil mendengarkan musik dan membaca. Da In heran dan melihat sekeliling. “Aku bisa tau tanpa melihatmu,” ujar Kwang Soo. Ia mengajak Da In kencan, Da In menolak, ia harus ada di cafe. “Kau kan punya part timer,” sahut Kwang Soo. Tapi Da In juga harus menjemput Eun Suh. Kwang Soo berkata Da In bisa menjemputnya nanti dan mengajak Da In jalan-jalan ke tempat yang pernah mereka datangi atau kemanapun Da In ingin pergi.


Da In ingin ke sebuah cafe, mereka pernah kesana dulu dan ia penasaran tempat itu sekarang masih ada atau tidak. “Ah, Euljiro cafe?” tebak Kwang Soo. Bukan itu, jawab Da In, itu tempat pork cutlet yang berubah menjadi cafe 2 story di Samcheongdong. Pemiliknya sangat baik dan mereka pertama bertemu di lantai 2 cafe itu.


Kwang Soo bingung, “Hah, di mana kita pertama bertemu?” Da In berkata kalau Kwang Soo tak ingat mereka bisa pergi lain kali. Kwang Soo pura-pura mengingatnya dan mengajak Da In kesana, ia akan menjemput Da In. Da In tak mau, mereka bertemu di sana. Hiyaak, bingunglah Kwang Soo.


Seperti biasa Kwang Soo curhat ke Young Hoon, tapi temannya itu malah menyuruh Kwang Soo berpura-pura ada yang terjadi dan tak bisa pergi. Cafe di Samcheongdong lebih dari 1000 jadi Young Hoon menyuruh Kwang Soo menyerah saja. Kwang Soo tak mau. Dan akhirnya Young Hoon memberi saran yang berguna, mereka bilang kau bisa mengembalikan memori dengan inderamu, seperti suara dan bau. Otakmu tak bisa mengingat, tapi badanmu bisa. Dan Kwang Soo tampak tertarik dengan saran Young Hoon.

 

Jin Gu memberi kode untuk bertemu Se Young dan sengaja berkata keras kalau ia harus pergi karena ada janji. Se Young sudah akan menyusul Jin Gu, tapi Jae Bum dan Go Eun mengajaknya makan siang. Se Young berkata ia tak ingin makan. Jae Bum dan Go Eun jadi khawatir, kau sakit? Se Young beralasan kaki babi yang dimakannya tadi pagi tak tercerna dengan baik. Jae Bum heran, kau makan kaki babi pagi-pagi? Go Eun menawarkan obat. Se Young menolak, ia sudah makan pil pencernaan dan menyuruh mereka pergi saja. Mereka berpesan agar Se Young beristirahat baru pergi.


Se Young bersama Jin Gu, tapi ia terus-terusan menoleh ke belakang, takut ketahuan. Ia mengajak Jin Gu untuk makan bersama Jae Bum dan Go Eun saja, Se Young merasa lebih nyaman seperti itu. “Lihat kan, ini adalah cinta sepihak,” keluh Jin Gu. Se Young berkata kalau Jin Gu tau perasaannya. Jin Gu tau, Se Young bahkan lebih menyukainya. Se Young tertawa. Jin Gu menggoda Se Young yang berusaha sangat keras untuk tampil bagus di hadapannya dengan heels dan segala macamnya (soalnya Se Young pendek, hahaa). Se Young kesal, tapi Jin Gu malah makin menggodanya, kau makan sangat banyak tapi sama sekali tak tumbuh.


“Kau saja yang sangat tinggi,” balas Se Young. Jin Gu gemas karena Se Young memanggilnya ‘kau’ bukannya ‘oppa’ dan mengacak-acak rambutnya. Se Young merapikan rambutnya kesal, ia menatanya selama 30 menit. “Ha, 30 menit? Karena siapa? Aku?” goda Jin Gu. Se Young makin kesal dan ingin balas mengacak-acak rambut Jin Gu. Tapi Jin Gu malah tertawa-tawa mengatai Se Young pendek karena tangannya tak sampai ke kepala Jin Gu, hahaha.


Jin Gu mengalah, ia memberikan waktu 5 detik untuk Se Young dan melebarkan kakinya agar tingginya sejajar dengan Se Young. Se Young langsung mengacak-acak rambut Jin Gu semangat. Tapi setelah 5 detik, Jin Gu langsung menyingkirkan tangan Se Young. Se Young belum puas, tapi tangannya bahkan tak bisa menggapai kepala Jin Gu, haha. Jin Gu malah tertawa-tawa memeluknya.


Kaki Se Young yang memakai heels sampai kesakitan karena ia ingin makan di tempat yang agak jauh. Jin Gu lelah, kau tak lapar? Se Young lapar, tapi lebih baik ia kelaparan daripada seseorang melihat mereka. “Tapi kakimu sakit,” ujar Jin Gu tak tega. Se Young mengiyakan, tapi lebih baik kakinya sakit daripada seseorang melihat mereka. Jin Gu menggandeng Se Young agar jalannya lebih cepat, dan Se Young malah panik, tanganmu... (Se Young takut ketauan gitu deh)


Mereka sampai juga di restoran yang agak jauhan, dan yak malah ada Jae Bum dan Go Eun di situ. Mereka sudah buru-buru berbalik, tapi Jae Bum dan Go Eun keburu sadar dan memanggil mereka. Terpaksa mereka berbalik dan bergabung. Jae Bum heran pada Jin Gu, bukankah kau punya janji? Jin Gu berbohong kalau itu sudah dibatalkan.


Go Eun tanya apa perut Se Young sudah baik-baik saja? Se Young gelagapan menjawab kalau Jin Gu yang menariknya ke sini karena tak mau makan sendirian. Jae Bum mengingatkan Jin Gu, Se Young kan sedang sakit, harusnya kau menelpon kami. Jin Gu tertawa tak enak, ia pikir mereka sudah selesai makan. Jae Bum memberikan teh untuk Se Young.

  

Pesanan mereka datang. Mi yang dipesan tampaknya enak dan mereka makan dengan lahap. Sementara Se Young yang kelaparan cuma bisa memandangi mereka. Jin Gu menyadari tatapan Se Young dan menyodorkan mi miliknya. Se Young sudah akan mencicipinya, tapi Go Eun dan Jae Bum mencegahnya karena perut Se Young masih tak enak. Terpaksa Se Young menurut dan cuma bisa minum tehnya.


Sementara Jin Gu malah sengaja berkata mi-nya enak sekali, tempat ini benar-benar oke. Go Eun membenarkan, setiap hari ada antrian panjang di sini. Se Young hanya bisa menahan kesal sekaligus lapar.


Saat kembali ke kantor, Jin Gu memisahkan diri, ada sesuatu yang harus ia lakukan. Se Young berbisik, penasaran Jin Gu mau kemana. Tapi Jin Gu tak menjawab. Di kantor, Se Young memijit-mijit kakinya yang sakit, belum lagi perutnya bunyi karena kelaparan. Jin Gu menelponnya. Se Young melihat sekitar dulu baru mengangkat telponnya. Setelah diangkat, Jin Gu mengatakan kode rahasia mereka. Se Young bisik-bisik berkata ia tak mau. Haha, ini malah mencurigakan, dan mau tau kode rahasia mereka? ‘I’m dying’, haha.

 

Se Young datang juga, dan Jin Gu langsung menyodorkan sebuah bungkusan untuk Se Young. Jin Gu tau Se Young kelaparan dan membelikannya burger. Se Young senang dan super menikmati burgernya. Jin Gu tersenyum memandangi Se Young. Ia tak habis pikir, bisa-bisanya mereka malah bertemu Jae Bum dan Go Eun tadi. “Mereka tak bertanya apapun?” tanya Jin Gu. Se Young mengangguk, tapi mereka harus lebih hati-hati.

Jin Gu ingin memberitahu mereka saja. Se Young tak mau, jangan pernah! Jin Gu tak setuju, suatu hari mereka pasti harus mengatakannya. “Nanti saja,” ujar Se Young. Jin Gu tertawa dan menyodorkan bungkusan lain yang dibawanya.. sepatu kets. 


Jin Gu bahkan memakaikannya untuk Se Young, “Bilang padaku saat kau butuh bantuan, jangan menderita sendirian. Itulah gunanya pacar. Aku adalah bahu untuk bersandar. Miss Piggy, kau bisa mengeluh saat di dekatku, dan mulai sekarang kau bisa jujur padaku.” Se Young tersenyum memandangi Jin Gu.

[Jika aku mendengarkan lagu lama dan menyusuri jalanku dulu, aku akan bertemu Da In.]

 

Kwang Soo pun mendengarkan lagu-lagu lama, dan menaiki bis yang biasa ia naiki dulu. Tanpa sadar, Kwang Soo kembali melakukan kebiasaannya, membuka jendela dan menikmati angin. Dan tanpa berpikir, Kwang Soo menekan tombol berhenti dan turun bis. Ia tau kemana harus melangkah dan menikmati nostalgia masa lalunya di jalan yang biasa dilaluinya dulu. Dan langkahnya terhenti di sebuah cafe. Ia langsung naik ke lantai 2 cafe itu.

 

“Da In-ah,” sapa Kwang Soo. Da In menoleh dan tersenyum, ia duduk di tempat yang sama dan tersenyum persis seperti saat mereka pertama bertemu.

 

Kwang Soo benar-benar nostalgia, rasanya seperti 10 tahun yang lalu, tak ada yang berubah. “Hanya aku yang menua,” lanjut Kwang Soo. Da In tersenyum mengangguk-angguk. Ia sedikit tak percaya Kwang Soo menemukan tempat ini tanpa menelpon. Tentu saja aku ingat dengan jelas, jawab Kwang Soo. Dulu Da In duduk di kursi yang sama dengan mata besarnya. Kwang Soo juga ingat ekspresi Da In waktu itu, bagaimana bisa ia lupa,mereka bahkan menunggu di sini semalaman karena bus terakhir sudah lewat di malam natal.


“Kita bergenggaman tangan, seperti ini..” ujar Kwang Soo lalu menggenggam tangan Da In. Da In malu, tapi Kwang Soo tetap menggenggamnya. Kwang Soo berterimakasih Da In mau bertemu dengannya hari ini. Da In juga berterimakasih karena Kwang Soo mengingatnya dan tempat ini. Kwang Soo tersenyum senang.


Teman Min Gu yang gendut kembali bereksperimen, kali ini popcorn yang baru dimasukkan microvawe dicampur dengan es krim (kayaknya yaa). Yang jelas Min Gu suka. Teman satunya yang biasanya semangat mencicip sibuk dengan ponselnya dan menunjukkan foto seseorang yang mirip Soo Ah di facebook. Min Gu tak setuju, sama sekali tak mirip. Temannya menyuruh Min Gu melihat lebih teliti lagi, mereka benar-benar mirip.


“Mirip apanya? Rambutnya dinaikkan ke atas, sementara rambut Bong Sook bagus. Matanya gelap, tapi mata Bong Sook tidak,” sahut Min Gu. Temannya yang gendut setuju, jutaan orang yang mirip, lihat saja Min Gu yang mirip Seo In Guk (huahahahaa, iya banget, mirip!). Temannya masih curiga, dia saja berbohong kalau namanya Soo Ah. Min Gu kesal, kau yang mencurigakan!


Min Gu riang menghampiri Soo Ah yang menunggunya. “Bong Sook-ah, apa golongan darahmu?” tanya Min Gu begitu duduk. Golongan darah Soo Ah O, kenapa? Min Gu tampak kaget. Soo Ah bingung, memangnya tampaknya seperti apa?


“Golongan (tipe) ideal,” gombal Min Gu, dan aku tipe idealmu. Soo Ah tertawa. Min Gu mengajak Soo Ah makan, tapi Soo Ah mengeluarkan bekal buatannya. Min Gu benar-benar tersentuh, dan memujinya enak. 


Min Gu menyuapi Soo Ah. Saat itu tanpa sengaja sebuah bola terlempar mengenai Soo Ah. Soo Ah bangkit dengan kesal dan langsung mengumpat. Min Gu tampak shock, baru ingin bertanya apa yang baru saja Soo Ah lakukan, Soo Ah berkata ia ingin ke toilet dan pergi.


Min Gu jadi ingat foto yang ditunjukkan temannya tadi. Belum lagi ponsel Soo Ah berdering, panggilan dari ‘penyihir terkutuk’. Saat Soo Ah kembali, Min Gu tampak sedikit takut padahal Soo Ah sudah kembali lemah lembut, haha.


Da In dan Kwang Soo menjemput Eun Suh dari day care. Kwang Soo tak membiarkan Da In yang menggendong Eun Suh yang tertidur. Ia yang melakukannya, dengan cara itu ia bisa menggenggam tangan Da In. Da In tersenyum.


Di dekat rumah, Kwang Soo mengajak Da In duduk sebentar. Da In minta maaf sudah menghilang seperti itu dulu. Da In selalu menyesalinya dan benar-benar minta maaf. Ia belum dewasa saat itu dan berkata semua baik-baik saja untuk kepentingan Kwang Soo, tapi Da In jadi kesepian dan stress. Jadi Da In menghilang agar Kwang Soo sadar betapa kesepian dan stressnya itu. Da In menyesal dan ingin minta maaf suatu hari nanti. “Aku benar-benar minta maaf, Oppa.” Dan Da In lega sudah mengatakannya.


Kwang Soo tiba-tiba mengecup pipi Da In. Da In kaget dan melirik Eun Suh,untungnya ia masih tidur. Kwang Soo menatap Da In dan berterimakasih karena Da In sudah kembali ke hidupnya. Kwang Soo mendekat perlahan hendak mencium Da In, tapi Eun Suh terbangun. Haha, gagal deh samchoon.


Mereka pun masuk. Di lift, Kwang Soo sedikit ragu sebelum akhirnya hanya menekan lantai 10, ia ingin melihat Da In masuk dulu. Da In hanya tersenyum, dan Kwang Soo kembali menggenggam tangannya. Da In tak enak karena ada Eun Suh, tapi membiarkannya.


Lift berhenti di lantai 9, ternyata ibu yang mau masuk. Kwang Soo buru-buru melepas genggamannya sebelum ibu melihat. Da In sedikit kaget tapi lalu menyapa ibu. Ibu senang melihat Da In, ia baru mau ke atas dan menyuruh Kwang Soo keluar, sedang apa kau di sini?


Kwang Soo terdiam di depan lift, merasa bersalah sudah melepaskan tangan Da In. Ibu membawakan makanan untuk Da In. Da In berterimakasih dan mengajak ibu untuk minum teh sebentar.





  

No comments:

Post a Comment