Thursday, March 12, 2015

Sinopsis Heart to Heart Episode 16 (Final) Part 1

 

Setelah Ayah mengakui semuanya, Kakek memberikan penjelasan pada Yi Suk. Suatu hari Ayah dalam keadaan sangat mabuk mengaku bahwa dialah yang menyalakan api dengan pemantiknya. Ia tak tau api akan menyebar dengan cepat. Ia juga tak pernah bermimpi anaknya sendiri terjebak dalam api. Yang tak bisa Yi Suk mengerti adalah bagaimana Young Ji yang menjadi pelakunya?

 

Kakek berkata dengan korek api di tangannya, semua orang mengira dia yang melakukannya. Tak ada yang tau, sampai Ayah mengakuinya kemudian. Yi Suk semakin tak mengerti, jika tau yang sebenarnya, seharusnya Kakek berhenti menyalahkannya! Kakek mengakui ia yang salah, seharusnya ia tak membiarkannya, dan membuat Ayah bertanggung jawab atas perbuatannya.


Yi Suk tak bicara tentang ayahnya sekarang, tapi Young Ji.. Cha Hong Do. Bagaimana bisa Kakek menyalahkannya bahkan setelah mengetahui semuanya? Kakek malah berkata Ayah mengubur anaknya di dalam hatinya dan tak bisa menangis, dia tak bisa tinggal di rumah dan selama 20 tahun terakhir dia pergi setelah kehilangan pikirannya. Apa Yi Suk tak mengerti kesedihan ayahnya? Kakek akan mengganti kesalahpahaman terhadap Young Ji, dan minta Yi Suk membiarkannya sekali saja. Yi Suk tak bisa melakukannya, dan pergi menahan marah.




Se Ro yang tak tau apa-apa baru pulang, dan ia sadar suasana sedang agak aneh karena Butler Ahn dan Ahjumma Geum Shim hanya duduk diam di meja makan. Yi Suk turun dan bertanya di mana ayah? Butler Ahn mencoba menenangkan, tapi Yi Suk juga tak habis pikir pada Butler Ahn yang seharusnya memberi petunjuk setelah menunjukkan foto padanya. Tapi seluruh keluarga malah bekerja sama menyalahkan seseorang sebagai pelakunya, “Keluarga kejam apa ini?” ujar Yi Suk marah.


Se Ro tak mengerti apa yang Oppanya bicarakan, ia tak ingin diasingkan dan bertanya apa yang terjadi? Yi Suk yang tak ingin buang tenaga menyuruh Se Ro mendengarnya saja dari Butler Ahn lalu pergi. Butler Ahn terus diam, merasa bersalah.


Yi Suk pergi dengan mobilnya, semua cacian Kakek pada Hong Do terngiang di kepalanya, juga perlakuan ibunya. Yi Suk benar-benar tak mengerti bagaimana bisa keluarganya melakukan itu. Mereka benar-benar keterlaluan. Yi Suk tak tau bagaimana harus memberitahu ini pada Hong Do. Ia yang membuatnya mengalami begitu banyak kesulitan.


Saat sampai di rumahnya, Hong Do bisa merasa ada yang aneh dari ekspresi Yi Suk. Yi Suk hanya menyuruh Hong Do duduk, dan seperti menjaga jarak, Yi Suk mengambil kursi lain dan duduk di hadapannya. Yi Suk terdiam sebentar sebelum menjelaskan kalau ia mengingat ibu dan ayahnya bertengkar. Kakaknya ada di dalam gudang, dan api mulai menyala. Hong Do memiliki korek api di tangan, jadi Hong Do lah yang menjadi pelakunya. Apa kau ingat?


Hong Do merasa tak nyaman. Ia mengiyakan, tapi sejujurnya ia tak ingat, ia hanya ingat menyalakan korek.

“Di lokasi kebakaran, ada pemantik. Pemantik ayahku. Orang yang menyalakan api bukan kau, tapi ayahku,” jelas Yi Suk hati-hati. Hong Do berusaha mencerna semuanya, itu tak mungkin, apa yang kau bicarakan? Yi Suk berkata Kakeknya tau semuanya, jadi itu sebabnya ia tak mengakui hubungan mereka. Itu karena pelaku kebakaran bukan Hong Do, tapi ayahnya. Kakek menyalahkan Hong Do untuk melindungi ayah.


“Apa itu benar? Itu benar-benar bukan aku.. tapi ayahmu?”

Yi Suk mengangguk.

Hong Do tak mengerti, “Kakek sudah tau itu? Tapi.. tapi kenapa dia berbohong padaku? Bagaimana bisa dia melakukan itu sementara dia tau segalanya? Ini aneh.” Yi Suk hanya bisa menunduk meminta maaf. “Kapan kau mengetahuinya?” tanya Hong Do? Yi Suk baru tau pagi ini, “Ayahku seorang pengecut, dia menyalahkanmu dan menutup mulutnya , lalu kakekku..”


Hong Do minta Yi Suk berhenti, ia tak bisa mendengar apapun sekarang. Ia ingin Yi Suk pergi. Ia ingin sendiri, semua ini terlalu mengagetkan. Yi Suk hanya bisa menunduk pasrah tanpa bisa mengatakan apapun.


Ayah memohon-mohon agar ibu memaafkannya. Setelah membuat Il Suk seperti itu, setiap Ayah melihat ibu dan anak-anaknya, ia sangat takut dan menyesal. “Tapi, apakah kau sadar saat di gudang?” tanya ayah hati-hati. Ibu membenarkan, itu kau. Ayah shock karena ibu tau semuanya tapi tak mengatakan apapun.


Semua itu membuat ibu takut, bagaimana dengan anak-anaknya jika orang-orang tau ayah yang melakukannya. Jadi ia berpikir kalau anak itu yang melakukannya, dan itulah yang ia percaya. Dan ingatan itu hilang, ibu lupa tentang semuanya. “Kenapa kau melakukan itu? Apa yang akan Yi Suk kita lakukan sekarang? Bagaimana dengan Young Ji?” tanya ibu tanpa tenaga.


“Ini bukan salahmu. Ini semua salahku,” ujar Ayah yang menangis. Tapi ibu hanya terus bergumam sedih apa yang harus ia lakukan sekarang?


Hong Do memandang foto neneknya, memberitahu kalau itu bukan dirinya. Tapi kenangan saat ia dan neneknya pergi ke kantor polisi dengan mobil polisi terlalu membekas. Hong Do merasa lega, tapi juga sangat marah, bagaimana bisa mereka melakukan ini padaku? Ia benar-benar tak mengerti.


Yi Suk pulang dan memberitahu Kakeknya kalau ia sudah mengatakannya pada Hong Do. “Bahwa itu Ayah, dan bukan dia. Bahwa kau juga mengetahuinya, tapi kau berbohong tentang hal itu. ketika dia bertanya kenapa kau melakukan itu, aku tak tau bagaimana harus menjawabnya. Bagaimana aku harus menjawabnya?” tanya Yi Suk.


Kakek malah mengira Yi Suk mabuk, tidurlah kalau kau mabuk. Pertanyaan itu membuat Yi Suk mendengus, ayahnya seorang pengecut, tapi setidaknya dia merasa bersalah. Itu sebabnya dia tak bisa pulang selama 23 tahun. Tapi yang Kakek lakukan membuat ayahnya menjadi orang yang pengecut dan tak bahagia, apa Kakek tau itu?


Kakek tetap tak merasa bersalah. Jika hal yang sama terjadi lagi, ia akan melakukan hal yang sama. Bagaimanapun ayah tetap anaknya, dan ia tau hatinya pasti terluka dan berdarah. Itu yang membuat Kakek tak bisa mengakui Ayah lah penyebab semuanya. ”Apa kau benar-benar mengatakan bahwa kau mau aku menancapkan kuku ke hati yang luka dan berdarah?”

“Kakek..”


“Dulu, ketika aku melihat wanita itu dan cucunya diusir seperti itu menurutmu bagaimana perasaanku?” Kakek sudah melakukan semua yang bisa ia lakukan ketika menyuruh mereka pergi. Yi Suk diam, kekeraskepalaan Kakeknya membuatnya  lelah.

 

Hong Do tak bisa tidur. Pertanyaan yang terus menghantuinya membuatnya tak tahan dan menelpon Yi Suk. Yi Suk sedang menge-zoom wajah Hong Do di ponselnya saat panggilan Hong Do masuk. Agak ragu Yi Suk mengangkatnya. Hong Do mengeluh tak bisa melakukan apapun. Ia tak bisa makan, tak bisa tidur, tak bisa membaca buku, bahkan tak bisa bernapas. “Aku akan pergi ke rumahmu, tunggu saja,” sahut Yi Suk.

Hong Do tak mau, ia tak ingin bertemu Yi Suk. Tidak Yi Suk, atau Kakek, atau siapapun anggota keluarganya. Yi Suk hanya bisa diam dan menghela napas pasrah di seberang telepon. Keheningan itu membuat Hong Do bertanya kenapa Yi Suk tak mengatakan apapun?

Yi Suk: “Aku sedang berpikir ketika aku mulai menyukaimu, dan itu adalah ketika kau menangis di depanku dengan wajah memerah, memintaku untuk mengobatimu.” Itu membuat Hong Do berpikir seandainya ia pergi ke rumah sakit lain.

 
Dan ketika kau ingin bertanya pada Detektif Jang, ‘Apa kau tidur nyenyak?’ Kau datang untuk mencariku. Sejujurnya, aku sedikit cemburu pada Detektif Jang. Karena aku tau kau akan menggunakan semua kekuatan untuk mengatakan itu.”

Hong Do sangat merindukan Yi Suk, tapi ia merasa akan marah kalau melihatnya. Kenapa kau membuatku merasa seperti ini? Kenapa kau membuatku jadi seperti ini? Yi Suk menyuruh Hong Do berbaring, ia akan membuatnya tertidur. Hong Do menurut dan kembali ke kasurnya.

 

Pada awalnya, aku tak berpikir tulus tentang menyembuhkanmu. Tapi karena kau mengikutiku dengan begitu baik, aku benar-benar senang. Aku ingat hari itu, pagi di saat kau mengaku pada Detektif Jang bahwa kau menyukainya. Sejujurnya, kurasa saat itulah aku mulai merasa cemburu pada Detektif Jang. Dan.. kita tidur bersama seperti kecelakaan. Sejujurnya, kau gadis pertama yang pernah tidur bersamaku sepanjang malam.”

Hong Do mulai memejamkan matanya.


“Apa kau tidur, Hong Do?” tanya Yi Suk lembut. Yi Suk membolehkan Hong Do tidur kapan saja, sambil ia melanjutkan ceritanya. Tak lama Hong Do tertidur lelap. Btw sumpah ya suara Yi Suk saking lembutnya bikin aku rela ganjel mata pake korek biar nggak ketiduran gara-gara pengen denger suara sama ceritanya terus. Aduh :”)


Doo Soo baru sampai parkiran kantor polisi saat pesan Se Ro masuk, ia ingin bertemu. ‘Di mana kau?’ jawab Doo Soo langsung. ‘Di belakangmu,’ balas Se Ro. Doo Soo menoleh, Se Ro sudah ada di belakangnya sedari tadi. Ia merasa Se Ro sedikit aneh dan mengajaknya bicara di dalam saja. Se Ro berkata ia sudah tau semuanya dari Butler Ahn dan bertanya apa Doo Soo juga sudah tau? Doo Soo hanya menduganya dan merasa Se Ro pasti sangat terkejut.

 

Tentu, meski itu keluarganya, Se Ro benar-benar tak mengerti. Ia malu dan merasa tak akan bisa menemui Hong Do dengan benar. Doo Soo menghiburnya, ia yakin Se Ro terkejut dan kecewa, tapi jangan terguncang terlalu banyak. Se Ro memaksakan diri tersenyum, “Akhirnya aku datang ke sini lagi. Inilah sebabnya aku tak bisa berada di sini. Kakiku terus datang kesini.”

SeRo berterimakasih Doo Soo mau mendengarkannya lalu pamit pergi. Doo Soo khawatir, tapi hanya bisa membiarkannya pergi.


Ibu menemui Hong Do dan meminta maaf dengan tulus. Ia hanya ingin percaya bahwa Young Ji yang melakukannya, yang sebenarnya terjadi sangat menakutkan sampai ibu menghapusnya dari ingatannya. Hong Do bertanya alasan ibu melakukan itu. Ibu merasa Hong Do tak akan memahaminya, jika ia berada di posisi Hong Do atau neneknya, ia tak akan mampu menanggungnya. Ibu minta maaf, ia bahkan tak bisa membuat alasan. Akan terlalu sulit bagi Yi Suk jika mereka membuat Ayahnya menjadi orang berdosa.

 

“Anda mengatakan itu pada Go Yi Suk? Alasan dia mengalami masa sulit adalah karena ibunya,” sahut Hong Do. Ibu membenarkan, itu sebabnya Yi Suk tak melakukan sesuatu yang salah. Dia tak tau apa-apa, tapi dia terluka. Ibu minta agar Hong Do tak membenci Yi Suk karenanya. Yi Suk tak bisa bahagia karenanya. Ibu merasa tak memiliki hak, tapi memohon agar Hong Do menjaga Yi Suk. Hong Do tak mengerti, bagaimana bisa kau memintaku menjaganya? Ibu hanya bisa terus memohon.


Yi Suk mengeluhkan keluarganya pada Profesor Uhm. Awalnya mereka bilang Hong Do pelakunya dan sekarang mereka bilang dia bukan. Yi Suk benar-benar tak mengerti apa yang dipikirkan keluarganya, “Mereka berbohong seperti makan makanannya sehari-hari.” Ketika Yi Suk memikirkan apa yang sudah dilakukan keluarganya pada Hong Do dan neneknya, ia tak bisa memaafkan mereka. Bahkan jika Hong Do mengampuni mereka, Yi Suk tak tau apakah bisa melihat mereka lagi atau tidak.

 

Menurut Profesor Uhm itu bodoh, Cha Hong Do hanya akan melihatmu dan tak ada yang lain.Yi Suk tak mau setiap Hong Do melihatnya, kenangan buruk itu muncul. Profesor Uhm meyakinkan kalau Yi Suk bisa melakukan apa yang ia suka dan Cha Hong Do bisa mengikuti hatinya. Manusia pada dasarnya memang egois, dan untuk Hong Do, bagaimana dia bisa  melepaskan dendamnya kecuali dia bersamamu?


Doo Soo yang masih saja bingung akan perasaannya merasa iri pada Detektif Yang dalam urusan itu. Detektif Yang menyuruh Doo Soo menahan wanita itu tanpa banyak berpikir. Doo Soo bertanya jika dari skala 0 – 12, 0 untuk tak menyukainya, 12 untuk menyukai dan merindukannya sampai gila, nomor berapa yang kuperlukan untuk menahan orang itu? Detektif Yang mengeluh, ia lemah terhadap angka, tapi lalu mengomel , perasaan orang tak bisa dimainkan dengan angka! Tapi lalu melanjutkan, mungkin kira-kira 5? Doo Soo tertawa, apalagi ketika Detektif Yang menyuruh segera menangkap gadis itu karena itulah pekerjaan Detektif.


Ibu kebingungan mencari paspornya. Se Ro yang baru pulang ditanyainya, tapi Se Ro tak tau dan memilih melangkah perlahan ke kamarnya. “Se Ro-ya, apa kau juga membenciku?”  tanya Ibu menghentikannya. Ia yakin Se Ro pasti membencinya. Ia tak pernah mengasuh dengan benar, apalagi memeluknya. Se Ro berkata dingin agar ibu melupakannya, ia tumbuh besar sendiri dengan baik, jadi Se Ro tak ingin mendengarkan hal-hal semacam itu ketika besar.

 

Meski membenarkan, ibu jadi sedih karena tak punya hak mengatakan hal-hal semacam itu. Se Ro bertanya apa ibunya pernah berpikir apa yang ia dan Oppanya inginkan saat tumbuh besar? Saat Il Suk meninggal, Se Ro masih di perut, tapi saat itu ibu bahkan mencoba bunuh diri. Se Ro berterimakasih karena ibu tetap hidup dan membiarkannya lahir, tapi Se Ro lebih senang kalau ibu melepaskan Il Suk dan menjalani hidupnya sekarang. Itulah yang mereka inginkan. Se Ro pamit ke atas, ia akan melihat apa paspor ibu ada di kamarnya. Ibu hanya bisa termenung dan menghela napas panjang.

 

Hong Do yang masih tak bisa melakukan apapun akhirnya pergi ke apartemen Yi Suk. Yi Suk membukakan pintunya dan pasrah berdiri di sana. Hong Do bertanya berkali-kali apa yang harus ia lakukan? “Aku bertemu ibumu. Dia bilang dia melakukannya untuk keluarganya, tapi apa semua ibu seperti itu? Aku tak tau karena aku tak punya ibu!” Belum lagi semua keluarganya yang tetap diam, meski tau yang terjadi.


Saking marahnya Hong Do ingin menemui Kakek dan bertanya kenapa dia melakukannya. Yi Suk menahannya, minta Hong Do lebih tenang. Hong Do tak mau dan teriak minta dilepaskan. Ia menangis histeris, ini tak adil, nenek berpikir itu semua salahnya, dia diusir padahal tak tau apa-apa dan hidup seperti seorang kriminal. Hong Do akan pergi dan bertanya tentang semuanya.

 

Yi Suk memeluknya, memintanya tenang. Hong Do teriak minta dilepaskan, ia ingin membalas dendam dengan cara yang sama seperti yang mereka lakukan. Yi Suk terus berusaha menenangkannya, “Jika hatimu memberitahumu untuk balas dendam, lakukanlah. Jika ingin sesuatu yang lain, lakukanlah. Lakukan saja semuanya.” Yi Suk sangat menyesal sampai yang bisa ia lakukan hanyalah meminta maaf. Ia tak pernah tau kata-kata ‘Maafkan aku’ adalah kata-kata kecil dan pengecut. Tapi Yi Suk tetap meminta maaf, benar-benar meminta maaf. Hong Do hanya bisa terus menangis dalam pelukan Yi Suk.


Butler Ahn sedang mematikan semua lampu rumah saat ayah berusaha pergi dengan kopernya. Tergagap-gagap ayah berkata akan pergi perjalanan bisnis. Butler Ahn menghalangi langkah ayah, berharap ayah kembali ke akal sehatnya. Ayah merasa tak seorang pun menginginkannya di rumah ini, bahkan Butler Ahn tak menganggapnya sebagai pemilik rumah. Ia diperlakukan seperti seorang tamu yang menyedihkan.


“Apa Anda bahkan mencoba untuk berusaha sekali saja? Apa Anda pernah berbicara serius dengan keluarga Anda sekali saja?” tanya Butler Ahn sambil menarik koper Ayah. Jika ingin pergi, ayah bisa melakukannya setelah menyelesaikan semua kekacauan yang dibuatnya. Ini adalah kesempatan terakhir ayah, dan Butler Ahn akan membantu jika dibutuhkan. Ayah tak jadi pergi, meski juga tetap diam saat kopernya dibawa masuk lagi oleh Butler Ahn.


Pikiran yang lebih jernih membuat Hong Do sadar, Yi Suk tetap datang dan memeluknya erat meskipun di pikirannya saat itu Hong Do lah penyebab kematian kakaknya.


Bersambung ke Part 2


Komentar:
Reaksi Yi Suk sama ibunya sama waktu tau apa yang sebenernya terjadi. Langsung nemuin Hong Do dan minta maaf. Aku tau ibu nggak nyalahkan Hong Do dengan sengaja di episode sebelumnya, karena kondisi mental ibu yang memang nggak stabil. Jadi bisa dimengerti kalo memori yang sebenarnya hilang, digantikan ingatan kalau memang Young Ji kecil yang melakukannya. Cuma yang bikin nggak habis pikir itu ya Kakek. Bzz, ini orang tua bukannya paling bijak malah paling keras kepala dan menganggap dirinya paling bener sendiri..

No comments:

Post a Comment