Wednesday, July 15, 2015

Sinopsis Oh My Ghost Episode 3 Part 1

Pada masanya restoran Soon Ae dan ayahnya ramai sekali. Antrian di luar mengular sampai ayah sibuk membagikan minuman dingin selagi mereka, yang entah kenapa semuanya pria, menunggu. Begitu ada pelanggan yang selesai, Soon Ae akan menyambut yang berikutnya masuk. Sedang super sibuk begitu, Kyung Mo dengan santainya baru bangun. Jelas Soon Ae langsung mengomelinya.

Banyak yang tak sabar menunggu pesanannya datang, tapi Soon Ae dan ayah sepertinya sudah biasa dengan situasi hectic macam ini. Mereka semua sepertinya pelanggan setia karena dengan santainya minta Soon Ae menyanyi padahal ia sedang sibuk. Tapi Soon Ae langsung menggunakan sutil yang dipegangnya sebagai mic dan mulai menyanyi.

Sekarang, Bong Sun dengan Soon Ae di dalamnya kembali ke restoran itu. Ayah membawa masuk Kyung Mo ke kamar, dan Bong Sun memandangi setiap sudutnya dengan mata berkaca-kaca.

Ayah menyuguh Bong Sun makan, tapi itu justru membuat Bong Sun semakin mengingat banyak hal.

Ayah, aku sudah bilang agar membersihkan kotak peralatan makan dengan hati-hati, dan kau harus mengeringkannya sebelum menaruhnya di sana agar tak ada bekas air.

Ayah, kau harus membungkus wadah kimchi lobak, atau itu akan mengering dan rasanya jadi tak enak.

Semakin menyendok makanannya, semakin airmata Bong Sun mengalir. Ayah datang dan bertanya apa makanannya enak? Lalu buru-buru menyalakan kipas angin karena udara sangat panas. Tapi kipas angin itu tak mau menyala di tangan ayah. Bong Sun bangkit menarik tombolnya, dan kipas itu langsung menyala. Ayah tertawa heran, “Bagaimana bisa kau tau yang harus dilakukan?” Bong Sun beralasan ia hanya menariknya dan itu menyala sendiri.

Ayah sangat berterimakasih makanya ia membawa Bong Sun kemari karena ingin menyuguhkan makanan, tapi ayah tak yakin itu sesuai seleranya. Bong Sun menyendok lagi supnya, tapi ia nyaris tak bisa menahan air matanya dan buru-buru pamit pergi. Ayah segera melepas sarung tangannya yang sudah jelek, dan meski sedikit ia memberikan uang taksi untuk Bong Sun. Bong Sun mau menolak, tapi ayah bersikeras Bong Sun harus menerimanya. Kyung Mo bisa saja kena masalah kalau bukan karena Bong Sun. Terpaksa Bong Sun menerimanya lalu segera pergi.

Bong Sun ingat, daerah itu memang tempat tinggalnya. Sudut-sudutnya masih sama. Dulu, semua menyapanya saat ia lewat sana. Ahjussi laundry yang memintanya mengambil setelan ayahnya, ahjumma salon yang meminta Soon Ae membayar potong rambutnya, sambil mengingatkan sudah hampir waktunya Kyung Mo potong rambut.

Melihat Ahjumma pemilik toko baju yang dikenalnya, Bong Sun langsung menyapanya, bertanya akrab apa punggungnya sudah membaik sekarang? Ahjumma itu malah bingung, “Siapa kau?” Sadar dirinya tak dikenali, Bong Sun menjawab ia pernah membeli baju di situ, tapi mungkin Ahjumma tak mengingatnya saat itu Ahjumma bilang punggungnya sakit. Ahjumma itu masih bingung saat Bong Sun pergi, punggungnya sudah dioperasi setahun lalu.

Bong Sun lalu pergi ke kantor polisi tempat Sung Jae bekerja. Flashback, Soon Ae pergi mengantar makanan setelah merapikan diri sejenak sebelum masuk. Soon Ae ternyata menyukai Sung Jae, karena ia sengaja menaruh telur khusus di tempat nasi Sung Jae.

Cinta bertepuk sebelah tanganku dengan Officer Choi, tidak sepertinya kau Komandan Choi sekarang. Kulihat kau tetap hangat dan tampan, seperti biasanya. Semua masih seperti dulu, tapi kenapa aku satu-satunya yang tak ada? Kenapa aku meninggalkan semua kenangan itu dan mati? Aku mengingat semuanya, kecuali sesuatu.. sebenarnya apa yang  terjadi padaku?

Tanpa Bong Sun sadari, Sung Jae keluar kantor polisi dan berjalan di belakangnya, hanya diam memandangi Bong Sun yang menjauh.

Ayah yang minum soju siang-siang melihat acara Bong Sun di TV. Ia tak tau gadis yang menolong Kyung Mo kemarin adalah chef yang terkenal, duga ayah. Tapi melihat menu yang dimasak Bong Sun, ayah langsung terkejut, Soon Ae-nya juga biasa membuat itu.

Di restoran, semua yang menonton acara itu heran, Chef mereka tak suka nasi tapi bagaimana bisa terpikir hal ini. Sementara mereka bilang Bong Sun natural, tak seperti baru pertama kali masuk TV. Min Soo yang duduk agak belakang mengomel sendiri, “Natural apanya dia hanya berdiri dan makan terus.” Joon yang baru selesai menyimpan sarung tangan karet dari sponsor baru ikut bergabung. Mendengar itu, Bong Sun malah beringsut pergi.

Sun Woo juga sedang menonton acara itu, sendirian setelah bersepeda. Seorang pesepeda lewat dan ingin menanyakan sesuatu. Sun Woo langsung bangkit, berpikir orang itu mau minta tanda tangan, tapi ia tak bawa pulpen. Wanita itu tersenyum heran, tapi ia hanya ingin tanya jalan ke jembatan Mapo. Salah tingkah, Sun Woo menunjuk arah di belakangnya sambil mengangkat ponselnya yang berdering.

Sarung tangan karet dari sponsor itu rupanya berpindah satu ke tangan ayah Soon Ae. Bong Sun memberikannya dengan alasan sebagai sampel. Ayah berterimakasih, miliknya sudah berlubang dan ia mau membeli yang baru, semua karena Bong Sun chef yang terkenal. Bong Sun meralat kalau ia hanya asisten chef dan membuang sarung tangan lama ayah.

Kimchi yang ayah buat sudah selesai, ia minta Bong Sun mencicipinya. Bong Sun merasa ada yang kurang dan minta ijin mencari sesuatu di dapur. Ia masuk dan melihat-lihat, tapi hampir semua tempat penyimpanan bahan kosong, kulkasnya juga. Semuanya kacau. Cuma soda yang bisa ia temukan, dan langsung Bong Sun campurkan di kimchi yang dibuat ayah sebagai pengganti gula. Awalnya ayah kaget, tapi setelah mencicipinya ternyata rasanya enak, persis seperti kimchi yang biasa dibuat putrinya.

“Kau punya putri?” tanya Bong Sun. Ayah mengangguk, dulu begitu, tapi sekarang dia sudah pergi jauh, putri yang seperti anak laki-laki baginya. Ayah tersadar sesuatu, “Ngomong-ngomong siapa namamu?”

Aku Soon Ae, Ayah’ jawabnya dalam hati sebelum akhirnya memberitahu kalau namanya Na Bong Sun. Ayah memuji itu nama yang bagus, lalu pergi sebentar membelikan minuman untuknya. Bong Sun tak mau merepotkan, tapi ia ingat kalau ayahnya tak mau tamunya pulang dengan tangan kosong.

Bong Sun hendak mencari wadah kimchi, tapi ia tak bisa menahan diri untuk tak masuk ke kamarnya. Sudah lebih dari 2 tahun, tapi kamarnya masih persis sama. Bong Sun memandangi foto dirinya di mejanya sedih, siapa yang tau kalau foto itu akan jadi foto terakhirnya.

Bong Sun sedang membuka diarynya saat Kyung Mo memergokinya ada di kamar kakaknya. Tadinya Bong Sun beralasan mencari kamar mandi, tapi lalu ngedumel dalam hati karena biasanya saat hari masih terang begini adiknya itu hanya tidur. Ayah datang dan bertanya apa mereka sudah saling menyapa? Kyung Mo tak tau kalau Bong Sun yang membantunya saat tertidur di jalanan, meski berkata ia juga akan bangun sendiri, Kyung Mo berterimakasih juga.. dalam bahasa banmal.

Sebal adiknya masih saja tak sopan, Bong Sun refleks mengomel, hanya dengan melihat ia tau Kyung Mo sudah lama jadi pengangguran. Membantu ayahnya juga tidak, jadi seharusnya ia memang mengabaikan saja meski Kyung Mo tertidur sampai pagi di jalanan. Kyung Mo tak suka, itu bukan urusanmu. Dalam hati Bong Sun cuma bisa bilang masalahnya itu juga urusannya.

“Kau ada di sini jam segini, kau pasti juga pengangguran,” balas Kyung Mo. Bong Sun mau menyombongkan tempat kerjanya, tapi lalu buru-buru pergi saat sadar ia sudah terlambat. Haha.

Besoknya, Bong Sun kembali membawakan barang-barang dari restorannya. Besoknya juga. Besoknya lagi juga. Ayah cuma bisa tertawa heran.

Di Sun Restoran, pollack roe yang akan digunakan untuk menu spesial mereka ternyata tak sesuai dengan standar Sun Woo. Sebagai gantinya, Sun Woo ingin membuat caviar pasta dari caviar yang masih tersisa kemarin. Tapi caviar itu tak ada di manapun di kulkas. Itu membuat Dong Chul mengatakan keheranannya soal beberapa barang yang menghilang dari dapur mereka akhir-akhir ini.

Cut to, Bong Sun baru pamit dari restoran Ayah dan bertemu Choi Sung Jae, membuatnya tersipu malu. Sambil berjalan bersisian, Sung Jae tak menyangka Bong Sun sekarang dekat dengan ayah Soon Ae. Bong Sun mengiyakan saja, ia sangat baik dan sudah seperti ayah baginya. Sung Jae terus terang kalau selama ini ia berpikir Bong Sun itu introvert. Bong Sun cuma senyum dan berkata, sedikit.

Berakhir di tubuh ini pasti takdir. Aku bertemu ayahku dan Officer Choi.

Tapi sambil senyum-senyum, Soon Ae di tubuh Bong Sun kumat, ia ingin sekali memegang tangan Sung Jae. Sampai Sung Jae melihatnya keheranan, haha. Sung Jae lalu pamit pergi ke arah lain sambil berpesan agar Bong Sun kembali dengan hati-hati. Bong Sun senyum-senyum mengiyakan sambil membatin, ‘Ayo berjalan bersama lagi. Kita akan berpegangan tangan saat itu.

Begitu Sung Jae pergi, Bong Sun langsung girang padahal Sung Jae cuma berpesan agar hati-hati saat pulang. Saking senangnya, semua tampak indah di mata Bong Sun, haha. Ia sampai kembali ke restoran sambil menari-nari.

Sementara itu Ayah memandangi bingung semua barang pemberian Bong Sun. Ia merasa bersalah kalau memakainya, tapi juga tak bisa membiarkannya. Kyung Mo yang baru pulang dari potong rambut di Cheongdamdong heran melihat barang-barang itu. Saat tau itu dari Bong Sun ia jadi kesal, mereka bukan pengemis. Kyung Mo jadi curiga ada maksud tertentu, mungkin dia penipu yang berpikir ayah adalah pria tua yang kaya. Ayah tentu tak percaya. Kyung Mo tetap curiga, wanita muda sekarang ini mengerikan, “Ayah tau yang lebih mengerikan dari hantu? Itu adalah wanita.”

Bong Sun masih senyum-senyum saat sampai di depan restoran. Tapi di dalam ternyata Sun Woo sedang menginterogasi semua pegawainya soal barang-barang yang hilang. Bong Sun buru-buru bergabung dan karena ia satu-satunya yang tak tau apa-apa, ia berbisik penasaran mengganggu Joon. Joon hanya menyuruhnya diam.

Sun Woo berkata kalau uang yang mereka butuhkan, ia akan memberikannya karena ia yakin mereka akan bekerja lebih keras setelahnya. Atau kalau mereka menggunakannya untuk berlatih memasak semalaman, ia justru senang. Tapi caviar seharga 300 ribu won membuat Sun Woo tak tahan karena kepercayaan yang paling penting telah rusak.

Bong Sun masih tak mengerti dan bertanya bisik-bisik ke Joon. Sun Woo melihat Bong Sun yang penasaran dan minta Dong Chul menyebutkan apa saja yang hilang. “Caviar, sampel sarung tangan karet, sebotol kecap, sebotol minyak wijen,” sebut Dong Chul yang langsung membuat Bong Sun menganga.

Sun Woo yang daritadi tak bernada marah bahkan nyaris tertawa, barang-barang itu bahkan kalau dijual tak akan menghasilkan uang, dan ia mendesak mereka mengaku. Tentu saja nanti ia akan marah, tapi lebih baik daripada diam dan terganggu karena itu.

Bong Sun sudah mau bersuara, tapi Min Soo mendahuluinya, minta diberi kesempatan bicara. Min Soo merasa setidaknya harus bertanggung jawab, sebagai orang yang menghabiskan waktu lebih banyak dengan lainnya dibandingkan Sun Woo, bukankah menemukan pelakunya lebih banyak buruk daripada baiknya? Sun Woo mungkin saja akan menemukan pelakunya, tapi rasa ragu dan tidak percaya mereka akan makin besar, dan itu membuat Min Soo khawatir akan keakraban tim mereka. Barang-barang yang hilang bisa dibeli, tapi teamwork mereka tidak, jadi Min Soo ingin semua diakhiri saja. Ia berjanji mereka akan bekerja lebih keras untuk mengganti jumlah yang hilang.

“Itu kau,” tebak Sun Woo. Min Soo otomatis menyangkal, tapi karena ia tak berani menatap matanya, Sun Woo jadi yakin kalau pelakunya Min Soo. Terpaksa Min Soo berbisik ke Sun Woo kalau ia meminjam caviar itu untuk menarik hati seorang gadis dan berniat mengembalikannya tapi ia lupa. Itu membuat Sun Woo tak bisa menahan marahnya lagi, lalu kenapa kau juga mengambil kecap? Min Soo berusaha menenangkan kalau ia hanya mengambil caviar, sisanya tidak. Tapi Sun Woo tak percaya.

Di belakang, Bong Sun berusaha menginterupsi, tapi tak ada yang menghiraukannya. Kemarahan Sun Woo membuat Min Soo marah juga, kalau Sun Woo tak bisa percaya untuk apa mempekerjakannya? Suasana makin panas, Min Soo akhirnya menyebut soal Sun Woo yang selalu merendahkannya di depan semua orang. Tapi tetap saja Min Soo berusaha membuat tim mereka makin kompak,bahkan dengan mengajak mereka minum. Min Soo berteriak kalau ia tak bekerja pada Sun Woo karena tak ada tempat lain, ia punya banyak tawaran.

“Kalau begitu pergi! Aku tak akan menghentikanmu!” balas Sun Woo tak kalah marah. Min Soo yang tak tahan lagi melepas celemeknya lalu pergi. Sun Woo tak berusaha menghentikannya meski Eun Hee memintanya.

Bong Sun berusaha bicara pada Sun Woo, memintanya agar tenang sedikit dan membujuk Min Soo agar kembali, ataukah ia yang pergi dan bilang atas perintah Sun Woo? Sun Woo tak mau, jangan berani-berani Bong Sun melakukan itu. Bong Sun belum menyerah, minta Sun Woo melupakan kesalahan Min Soo sekali ini saja. Tapi tentu saja tak berhasil dan membuat Bong Sun frustasi karena semuanya jadi kacau.

Ahjumma shaman iseng pergi mendatangi shaman lain yang ternyata hanya menipu, karena ia menebak suami si ahjumma pergi dengan wanita lain padahal ahjumma bahkan tak punya suami. Tapi di jalan keluar ia malah bertemu ibunya Sun Woo yang kepergok pergi ke shaman lain.

Terpaksalah ibu Sun Woo mentraktir ahjumma shaman makan sambil menyangkal kalau bukannya ia tak percaya.. tapi Ahjumma shaman tak masalah, beli kubis saja bisa pergi ke beberapa toko dulu. Toh ia tetap pede kalau hanya ia yang bisa memberi pencerahan. Karena ibu Sun Woo heran melihatnya yang makan banyak, Ahjumma Shaman berkata ia sedang sibuk mencari seseorang sampai tak sempat makan. Ibu meringis karena ternyata Ahjumma Shaman tak bisa melihat segalanya. Ahjumma berbisik kalau yang ia cari bukan orang, tapi hantu.

Sun Woo duduk menyesali kemarahannya tadi, di sebelahnya ada anjing liar kemarin yang makan dengan lahap (haha, katanya nggak bakal kasih makan lagi?). Sun Woo menyalahkan dirinya sendiri, juga Min Soo yang membuat kesalahan. Mereka sudah lama bekerja bersama tapi Min Soo masih saja tak bisa menahannya.

“Hey, apa aku bersalah? Apa kau mendengarkan? Lihat aku, jangan cuma makan,” ujar Sun Woo pada si anjing yang diam saja. Menurutnya anjing lebih baik dari manusia, setidaknya anjing tak akan mengkhianatinya. Sun Woo mencoba tak peduli, memangnya restoran akan kacau tanpa Sous Chef?

Dan prang, sepiring makanan jatuh ke lantai karena buru-buru. Pesanan belum pada siap padahal pelanggan sudah kebosanan menunggu. Ji Woong kesulitan memfilet ikan karena biasanya Min Soo yang melakukan. Yang menangani daging juga biasanya Min Soo. Sun Woo yang memberi instruksi sampai pusing sendiri.

Sun Woo sampai menelpon temannya untuk mencari Sous Chef baru. Temannya ragu, level Sous Chef biasanya bertarif tinggi dan Sun Woo yang terkenal pemilih dan suka mengkritik membuat orang-orang tak mau bekerja padanya. Sun Woo tak terima, kritik? Ia hanya mengkritik untuk kepentingan mereka, tapi sudahlah, ia menutup telponnya sambil kesal dimana ia harus menemukan Sous Chef?



Note:
Aku pengeeen banget bikin sinopsis lengkap dari episode 1 sampe akhir, jarang-jarang ada yang bikin naksir dari episode 1 kayak Oh My Ghost ini. Tapi oh tapi, bikin ginian pas bulan puasa ini berat banget, apalagi aku udah mudik. kerjaannya kalo nggak jalan, di rumah tidur. Bagaimanalah sinopsis bisa selesai dengan cepat? Huuft...

No comments:

Post a Comment